Bagian 20

3.3K 252 23
                                    

Prilly mengerjapkan matanya saat sebuah tangan kekar melingkar di perutnya. Jantungnya berdebar-debar dan senyuman terukir di bibir tipisnya. Prilly perlahan membalikkan badannya dan menatap wajah teduh Ali yang sangat membuatnya nyaman. Tangannya terangkat untuk menyentuh wajah tampannya, Prilly tersenyum tipis saat dirinya sendiri yang melanggar perjanjian untuk tidak  se-ranjang dengan Ali.

"Berhenti mengagumi wajah saya."

Prilly menjauhkan tangannya dan mendelik. "Dih, siapa juga yang kagum sama situ," gerutu Prilly.

Prilly hendak bangun. Namun, sebuah tangan menariknya untuk tetap tidur di sampingnya.

"Bentar lagi adzan."

"Hm."

"Lepasin atau aku cium?"

CUP

Ali menegang saat Prilly benar-benar mencium bibirnya cepat. Prilly memalingkan wajahnya saat merasakan wajahnya terasa sangat panas, Prilly menghempaskan tangan Ali dan berlari ke kamar mandi yang berada di luar sana.

Ali tertawa kecil melihat tingkah menggemaskan Prilly. Ali mengusap wajahnya, ia harus segera sadar, pernikahan ini hanya sementara. Beberapa bulan lagi ia akan melepaskan Prilly dan menikah dengan Livia, terlebih ia sangat mencintai Livia, lalu kenapa bayang-bayang Prilly selalu menghantuinya?

Ali menggeleng, ia harus segera melepas pikiran itu. Di lain sisi- Prilly melihat pantulannya di cermin besar, tangannya meraba jantungnya yang berdetak lebih kencang dari biasanya.

"Gue harus segera hilangin perasaan ini. Gue gak mau nantinya malah sakit hati, walau gue pengen banget mertahanin pernikahan ini, tapi mana mungkin gue rusak kebahagiaan Livia," gumam Prilly.

Prilly menghapus air matanya secara kasar, ia tak boleh lemah dan ia harus memikirkan cara untuk menghilangkan perasaan ini, lalu bagaimana caranya? Tingkahnya saja selalu menjadi-jadi di hadapan Ali.

TOK TOK

"Illyana? Kenapa lama?"

Prilly terhenyak saat suara gedoran memecahkan keheningan, "Iy-----" Prilly tidak melanjutkan ucapannya. Ia berjalan dengan anggun dan membuka pintu dengan gaya slowmo. Tangannya terangkat dan menarik tangan Ali untuk masuk ke dalam kamar mandi. Entah apa yang merasuki Ali, ia menuruti keinginan Prilly untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Prilly tersenyum manis dan mengunci pintu kamar mandi. Prilly berjinjit dan mengecup bibir Ali dengan berani.

"Temenin mandi, ya?"

"Mimpi!"

Ali berbalik badan. Namun, sebuah pelukan dari belakang membuat Ali mematung. Bagaimana pun ia pria normal dan Prilly adalah wanita yang membuat hasratnya bergejolak saat Prilly selalu berani menciumnya.

"Lagian cuma temenin, bukan mandi bareng," ujar Prilly sambil tersenyum semringah.

Prilly langsung menyalakan shower dan melepaskan pakaian tidurnya menyisakan tanktop dengan perut yang terlihat membuncit. Ali memalingkan wajahnya, wanita ini memang sangat membahayakan. Prilly tersenyum diam-diam saat Ali sama sekali tidak melihat ke arahnya, Prilly naik ke atas bath up dan merendam tubuhnya dengan air hangat.

"Kali ini kamu menang."

DEG

Prilly memejamkan matanya saat bibir itu menyentuh bibirnya. Jantungnya berdebar-debar, tak kala untuk pertama kalinya Ali mencium bibirnya tanpa ia terlebih dahulu. Prilly sangat menyukai permainan manis ini, terlebih saat Ali meremas punggungnya sendiri.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang