Bagian 1

8K 372 20
                                    

Hari dari sekian harinya. Dokter muda berhati dingin. Namun, anehnya begitu banyak pasien yang rela antri untuk dapat ia tangani. Hanya senyuman tipis yang seringkali Dokter itu umbar, tak ada sapaan hangat tentunya.

Alfairuz illahi atau kerap disapa Dokter Ali.

Dokter Ali bekerja di Rumah Sakit Grand familly di Jakarta. Namanya mulai dikenal saat ia memulai magang di Rumah sakit ini dan juga, ia memilih mengabdi pada Rumah Sakit yang telah mempekerjakannya selama 2 tahun.

Usianya pun terbilang masih muda. Saat ia menyelesaikan pendidikan kedokterannya, Ali saat itu berusia 23 tahun dan memilih menyelesaikan pendidikan kedokterannya di Belanda.

Berarti usianya kini menginjak 25 tahun. Benar-benar tak muda lagi, bukan?

Namun, sejak ia bekerja di Rumah Sakit ini. Semua orang menjulukinya full baby face aneh, bukan? Kulitnya yang kuning langsat, bermata tajam, alis tebal, pipi yang sedikit chubby, bibir yang merah, dan juga tubuh yang sangatlah atletis.

Membuat Ali menjadi idola Rumah Sakit.

"Good morning, Dokter Al," sapa patnernya sebagai Dokter kandungan yakni, Irene.

Irene adyamecca. Irene berusaha menjajarkan langkahnya dengan Ali yang sama sekali tidak membalas sapaannya. Irene membungkuk hormat saat bertemu dengan teman sesama Dokternya.

"Nanti makan siang, bisa bareng?" tawar Irene berusaha mencairkan suasana yang membeku. Ali melirik Irene lalu mengalihkan lagi ke arah lain.

"Saya sibuk."

Irene memberhentikan langkahnya. Irene menatap punggung yang terbaluti oleh jas putih yang seringkali Dokter pakai. Irene menggidikan bahunya, seolah tak peduli. Irene kembali melangkah membelok ke arah ruangannya sendiri.

"Jadwal praktek sudah saya kirimkan pada email, Dok," kata Suster yang menghadang Ali. Ali mengangguk lalu melanjutkan langkahnya lagi.

"Full baby face yang dingin."

Ali memasuki salah satu ruangan pasiennya. Ternyata gerakannya membuat pasiennya langsung menoleh ke arahnya.

"DOKTER!!!"

"Tenang. Biar keadaanmu lebih tenang." Wajah Cecil masam seketika.

Ali memeriksa keadaan Cecil. Setelah memeriksanya, Ali meng-cek selang infusan yang sudah kosong. Pantas, Cecil terlihat pucat.

"Mengapa tidak memanggil?"

"Biar Dokter datang he he he he,"

Cecil carissa. Gadis berusia 16 tahun itu terpaksa tinggal di Rumah Sakit dikarenakan penyakit gagal ginjal yang ia alami semakin parah. Ali memang Dokter umum yang insya allah bisa membantu melawan penyakit yang diderita Cecil.

"Dok? Kapan Cecil pulang?"

Ali tersenyum tipis. Tentunya Cecil kesepian jika harus terus-menerus tinggal di Rumah Sakit Grand familly.

"Semangat. Terus, rajin minum obat." Cecil mengangguk.

Setelah memeriksa keadaan Cecil dan menyuruh Suster untuk membawa air infusan lagi untuk Cecil. Akhir-akhir ini, keadaan Cecil sedikit menurun membuatnya harus stay by dekat Cecil.

"Saya permisi. Setelah ini, Suster bakal ganti selang infus kamu," kata Ali. Itu permintaan Cecil sendiri, agar Dokter Ali tidak terlalu galak dan dingin padanya.

"Ahsiap. Dokter."

Ali menutup pintu ruangan Cecil rapat-rapat lalu langkahnya kembali terayun menuju ruangannya sendiri. Ali mengambil kunci yang berada di jas kebanggaannya lalu Ali membuka pintu ruangannya sendiri.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang