Bagian 37

3.5K 396 31
                                    

"Tanya aja sama diri kamu sendiri. Ada apa sama kamu."

Ali tertegun mendengar penuturan yang keluar dari mulut Prilly. Prilly beringsut melepaskan pelukan Ali dan berdiri hendak pergi, tetapi tangan Ali menahannya. Prilly berontak, tetapi Ali semakin menahannya.

"Lepas!"

"Maksud kamu?"

Prilly tertawa miris, ternyata kadar kepekaan Ali jauh lebih minus. Prilly mendongak menatap seksama pada Ali. Jujur, ia kecewa dengan semua perlakuan Ali yang akhir-akhir ini jauh berubah, bahkan sikapnya saat mengetahui dirinya hamil pun Ali biasa saja, seperti tak mengharapkan kehadirannya.

"Kamu masih peduli?" tanya Prilly sinis. Tangannya menyentuh perutnya. "Kehadiran dia ternyata gak bikin kamu bahagia, Li. Bahkan kamu malah lebih mentingin pasien kamu, dari pada peluk aku karena aku hamil anak kamu," sentak Prilly frustasi.

Prilly membuang muka. "Jujur aku kecewa sama kamu. Lebih dari kata kecewa!" sambung Prilly kecewa.

Perlahan tangan Ali terlepas dari tangan Prilly, Prilly pergi menuju kamar meninggalkan Ali yang sama sekali tidak bergeming ataupun membela, dia hanya diam mematung dengan wajah tanpa ekspresi.

Ali memandang testpeck dan foto USG, ia memandangnya, sudut bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman.

"Mama kamu salahpaham," batin Ali.

Tak ingin memperpanjang masalah, Ali segera bergegas menuju kamarnya bersama Prilly. Terlebih ia tak ingin membuat Prilly semakin salahpaham karenanya. Ali mengusap wajahnya gusar saat kunci kamar ini malah terkunci dari dalam.

"Illyana!"

"Illyana! Buka pintunya!"

Tak ada sahutan dari sana, hanya ada suara tangisan Prilly yang menyahut. Tak ada cara lain, selain mendobrak pintu ini. Ali menahan napasnya lalu menghembuskannya dan mendobrak kuat pintu ini.

Hanya dengan satu dobrakan, pintu bisa terbuka. Ali menatap Prilly yang menangis di sudut kamarnya. Penampilan Prilly kembali kacau. Sungguh hatinya perih melihat Prilly seperti karena ulahnya.

Ali berjongkok di depan Prilly. Rambut Prilly menutup wajahnya, Ali menarik Prilly ke dalam pelukannya, tetapi dia malah berontak berusaha terlepas dari pelukan Ali.

"Lepas! Aku gak mau sama kamu!"

Ali berusaha sabar saat Prilly memukul dada bidangnya beberapa kali dan mendorongnya, tetapi ia takkan menyerah begitu saja pada Prilly.

"Lepasin!"

"Aku gak mau sama ka----"

"SAYA BILANG DIAM!" bentak Ali dengan notasi. Ali gelagapan, tak seharusnya ia membentak Prilly. Prilly berhenti menangis, ia beringsut menjauh dari Ali.

"Kamu bentak aku?"

Prilly menatap tak percaya pada Ali. Bentakan itu langsung menancap pada hatinya.

Ali mengusap wajahnya. "Astaghfirullah," gumamnya.

Suara gemuruh dari luar membuat suasana semakin mencekam. Prilly hanya memandang diam pada Ali yang sama sekali tak bergeming.

"Maaf." Prilly tertawa mendengar kata maaf keluar dari mulut. "Kata maaf dari kamu itu bulshit, Li. Kamu terus ulang kesalahan kamu, ulang terus, sampe aku muak buat maafin kamu," seloroh Prilly.

Prilly menunjuk dada Ali. "Aku bukan cewek lemah, Li. Yang bisa langsung maafin kamu. Aku bukan cewek lembek yang kamu pikirin. Aku cuma cewek biasa yang minta agar kamu gak berubah, tapi nyatanya? Kamu malah berubah sama aku. Apalah arti pernikahan ini kalo kamu berubah, Li. Bahkan nyembunyiin jika kamu masih komunikasi sama mantan kamu itu," tutur Prilly mengeluarkan unek-uneknya.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang