Debaran jantungnya semakin tak karuan saat melihat pintu di depannya. Tiga puluh menit yang lalu Prilly mendapat kabar baik dari Dokter Reno, jika Ali sudah sadar dari komanya. Tentu rasa bahagia itu menyeruak seketika, Prilly menyusut air matanya, semoga tidak ada sesuatu yang menimpa Ali lagi.
Prilly menarik napas, lalu mendorong pintu. Matanya terbuka seketika melihat Ali sedang menatap lurus dengan pandangan kosong.
Di sisinya terdapat Dokter Reno bersama Suster Rina yang tengah memeriksa keadaan Ali. Prilly berdiri di samping Ali dan menatap Ali dengan heran.
"Bisa berbicara empat mata, Pritta."
Prilly mendongak, lalu mengangguk.
Ia benar-benar heran dengan Ali yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. Terlebih Ali sama sekali tidak melihatnya. Prilly menghentikan langkah Reno dan menatapnya tajam, ia ingin tahu alasan kenapa Ali bersikap seperti itu.
"Kenapa Ali gak respon kedatangan gue? Padahal dia sadar. Ada apa sama dia, Reno? Cepet jelasin sama gue!" sentak Prilly tak sabar.
Reno mengusap wajahnya, bingung harus menjelaskan seperti apa pada si bumil cerewet ini. "Jadi gini, ada serpihan kaca yang nusuk ke dalam mata Al, saya dan tim medis udah ngeluarin serpihan kaca itu. Membuat Al mengalami kebutaan," tutur Reno pelan-pelan.
Tubuhnya linglung seketika, matanya berkedip-kedip, cobaan apa lagi ini ya Tuhan. Prilly membekap mulutnya. Reno menarik napasnya lalu menjelaskan lagi tentang kondisi sahabatnya. "Karena mobil sempat terguling beberapa kali dan kedua kaki Al terhimpit membuat keduanya retak dan mengalami kelumpuhan sementara," sambung Reno.
Prilly menangis tanpa mengeluarkan suara sama sekali. "Ud--udah. Lo gak perlu jelasin apa-apa lagi, Ren. Itu bikin gue sakit!" ujar Prilly pilu.
Sungguh cobaan ini terlalu bertubi-tubi untuknya. Prilly menatap Reno, lalu berkata, "Kenapa dia gak ngomong waktu gue dateng? Gak ada masalah lagi, 'kan sama dia?" tanya Prilly.
Reno menggeleng. "Itu cuma syok biasa pasca kecelakaan. Terlebih Al udah tau kalo dia lumpuh dan buta," balas Reno.
Prilly menggeleng-geleng, rasanya masih tak percaya jika Ali suaminya buta dan lumpuh.
"AAAA! GAK MUNGKIN!"
.
Keringat dingin bercucuran, Prilly terbangun dari mimpi buruknya. Ia bermimpi jika Ali terbangun dan mengalami kelumpuhan serta buta pada matanya. Prilly menggeleng, semoga saja semua itu hanyalah bunga tidur, bukan kenyataan. Prilly melihat jam dinding di kamarnya, hampir mendekati pukul tiga malam ternyata. Prilly kembali merebahkan tubuhnya, apa yang akan ia lakukan sekarang?
Sungguh di dalam hatinya, ia sangat membutuhkan sosok suami dari Ali. Tangannya mengelus buah hatinya. Hasil USG menyatakan, jika di dalam perutnya terdapat dua kehidupan hasil buah cintanya bersama Ali.
Iya, Prilly sedang mengandung anak kembar. Ia benar-benar tak percaya saat monitor USG memperlihatkan kondisi janin yang sangat sehat, terlebih jenis kelamin mereka adalah laki-laki dan perempuan.
Andai saja, Ali tahu akan hal ini. Mungkin Ali akan senang saat mengetahui buah hatinya.
Suara telepon mengalihkan pandangannya, buru-buru Prilly mengambil ponselnya ketika melihat nomor yang bernama Dr. Reno tertera di sana. Prilly menarik napas, semoga saja ini adalah kabar baik untuknya, bukan kabar buruk seperti yang ada di dalam mimpi.
"IYA. GUE AKAN KE SANA SEKARANG."
Prilly mencari nomor Arka dan menyuruhnya untuk menjemputnya ke Rumah, terlebih ia sekarang tak kuat untuk menyetir sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY DOCTOR [END]
RomanceNamanya Pritta Illyana atau Prilly, wanita angkuh dan tak mempunyai tata-krama yang baik berusaha memaksa seorang Dokter spesialis bedah bernama Alfairuz illahi yang kerap disapa Ali untuk menikahinya. Bahkan mereka saja tak kenal. Mengapa Prilly me...