Bagian 29

4.2K 441 44
                                    

Rintik hujan mulai membasahi acara pemakaman Cecil, menambah duka yang sangat mendalam bagi yang ditinggalkan. Semua sanak-keluarga Cecil hadir tak terkecuali Ali yang ikut hadir melihat terakhir kalinya pergi meninggalkan dunia. Di sampingnya Prilly terdiam memerhatikan sekitar yang berduka atas kepergian Cecil.

"Mari kita pulang."

Sejak kalimat itu terlontar dari mulut Ali, Prilly sama sekali belum berkata apapun pada Ali bahkan hanya diam dan diam. Ali menarik pundak Prilly untuk semakin dekat dengannya, air hujan semakin deras membuat pundaknya terkena air hujan.

Prilly menoleh ke belakang dan seketika air matanya meluncur.

"Kematian tak ada yang tahu," batinnya.

Ali menarik Prilly untuk pergi dari pemakaman. Ali membuka pintu mobilnya untuk Prilly, setelah Prilly masuk ia berlari dan memasuki mobilnya.

"Kita ke restoran, ya?"

Hanya sekilas Prilly melihat Ali lalu memalingkan wajahnya melihat ke arah kaca yang terbuka. Ali menekan tombol di mobilnya dan menutup kaca mobilnya. Ali menghela napasnya, ada apa dengannya? Tak ingin berasumsi buruk tentang Prilly, ia memilih untuk segera mengendarai mobilnya menuju apartemen, jika tak ada jawaban sama sekali dari Prilly sendiri.

.

"Kamu tunggu di dalam. Saya mau belum makanan dulu buat kamu."

Ali memberanikan diri untuk menyentuh pundak Prilly. Namun, balasan yang ia dapat hanyalah tepisan dari Prilly. Ali terdiam, mungkin Prilly membutuhkan waktu untuk kembali berinteraksi dengannya. Ali keluar dari mobil menuju restoran terdekat.

Setetes air mata meluncur. Namun, Prilly tak menghapusnya, ia membiarkan air mata itu mengalir dengan isakan yang mulai keluar dari bibirnya.

Secinta apapun ia pada Ali.
Sesayang apapun ia pada Ali. Nyatanya ia malu pada dirinya sendiri yang sudah kotor oleh laki-laki lain, Ali adalah suami yang baik menurutnya. Prilly meremas pakaian yang ia pakai, sungguh ini sangat menyakitkan lebih dari apapun, kenapa Tuhan memberi kesakitan yang tiada tara? Melepaskan atau mempertahankan adalah hal yang tersulit baginya.

Sakit? Tentu.

Bahagia? Samar.

Sakit saat mengetahui dirinya masih berduka atas kepergian malaikatnya? Bahagia saat mengetahui Ali tak ingin melepaskannya, ia sangat tahu Ali hanya kasihan padanya.

Tak lama kemudian Ali masuk ke dalam mobil dengan sekantong makanan berada di tangannya. Ali tertegun melihat Prilly lagi-lagi menangis, ada apa dengannya? Ali menghela napasnya, mungkin ia harus membiarkan Prilly agar pikirannya tenang kembali.

Setelah berkilo-kilo meter, Ali keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Prilly. Hal yang tentu saja sangat asing untuk Prilly lihat. Namun, Prilly berusaha untuk mengacuhkannya, hatinya benar-benar berada dikebimbangan antara melepaskan atau mempertahankan, bukankah itu hal yang tersulit?

Ali berjalan terlebih dahulu sedangkan Prilly berjalan di belakangnya, suasana yang cukup canggung membuat keduanya memilih diam tak ingin menambah kesan canggung. Sesampainya di apartemen- Ali meletakan makanannya dan membukanya satu-persatu, ia yakin jika Prilly belum makan dari pagi.

MY DOCTOR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang