Hari memperhatikan surat-surat di atas meja kerjanya yang harus ditandatanganinya, lalu mengecek kembali desain pra rencana yang telah approved dan akan dibuatkan DED-nya. Saat tiba pada gambar hotel dan mal, kembali Hari tertegun dengan nama yang tertera pada sudut kanan bawah. Principal Architect, Fanny Fatikasari Utomo. Tika. Dua nama yang mulai mengusik ketenangan Hari. Dia mulai tertarik pada Fanny, juga mulai penasaran dengan pemilik nama Tika yang denting pianonya sering membuatnya berangan-angan. Angan-angan yang Hari tidak tahu akan berakhir sampai kapan. Setahun, tiga tahun atau malah bertahun-tahun? Hari memencet tombol interkom yang ada di mejanya.
"Linda, panggil Pak Ivan ke ruangan saya ya."
"Baik Pak.
Linda menginformasikan permintaan bosnya lewat interkom ke ruang Divisi Desain yang berada di lantai 27.
"Ya, Lin?"
"Dipanggi Bos, Pak."
"Oke." Ivan menutup interkom dan segera beranjak ke lantai 31 tempat ruangan pimpinannya berada. Kemarin di lantai 27—tempat Divisi Desain—disiapkan ruang sementara untuk bos mereka selama ruang di lantai 31 direnovasi. Gedung yang berada di kawasan Kuningan ini sebenarnya bukan gedung utama. Tetapi pimpinannya yang baru, merombak beberapa bagian dan lebih banyak menghabiskan waktunya di gedung ini. Gedung utama mereka yang berada di kawasan Sudirman—lebih luas dengan jumlah lantai yang lebih banyak—hanya sesekali saja dikunjungi. Itu pun jika ada meeting besar. Mungkin ada alasan tertentu sehingga pimpinannya yang baru ini lebih menyukai menggunakan gedung di Kuningan sebagai kantor utamanya.
Tiba di lantai 31 Ivan menyapa Linda sebentar dan berderap ke pintu ruang kerja bosnya. Setelah mengetuk dan mendengar suara dari dalam yang mempersilakannya masuk, Ivan baru berani membuka pintu.
"Sudah dibereskan studionya?"
"Sudah Pak." Lantai 27 sekarang dibagi dua. Satu untuk studio tempat para Engineer serta Drafter mereka menyalurkan ide-idenya, satu bagian lainnya sebagai area bekerja untuk Manajer Divisi Desain dan staf Administrasi. Studio bagi para Engineer dan Drafter dibuat sangat cozy dilengkapi dengan area untuk beristirahat serta pantry. Bos mereka sepertinya ingin membuat tim desain betah dan tidak terbebani dengan beban kerja yang sangat padat. Itu yang Ivan tangkap ketika pertama kali melihat desainnya. Sepertinya itu adalah ide dari bosnya. Yang Ivan khawatirkan hanya Fanny saja. Dia berharap Fanny bisa bertahan.
"Hubungi tim Arsiteknya. Besok kalau bisa mereka sudah masuk ya Pak. Saya ingin mereka jadi Arsitek tetap kita." Kalimat bosnya membuat Ivan senang. Sepertinya hasil presentasi beberapa waktu lalu membuat bos mereka sangat terkesan lalu dengan cepat memutuskan untuk merekrut Koko, Roy dan Fanny menjadi Arsitek tetap Voidra.
Bunyi dering pesawat interkom yang berada di sudut meja kerja Hari terdengar disela obrolannya dengan Ivan.
"Kenapa, Lin?"
"Ada telepon dari Ibu Siska, Pak. Apa bisa diterima, Pak?"
"Infoin, hubungi saya di rumah aja."
"Baik Pak."
Sejak tadi Siska menelponnya melalui ponsel, tetapi Hari sengaja tidak meresponsnya. Malah ponsel dia non aktifkan daripada membuatnya sakit kepala. Wanita itu selalu saja mengganggunya di jam kerja. Hari jadi muak.
Hari dan Ivan kembali melanjutkan membahas beberapa hal penting. Hari ingin memastikan semua kebutuhan studio telah dilengkapi sebelum tim desain masuk. Rencana ke depannya, sudah dia susun dengan baik dan terperinci. Beberapa tenaga yang menurutnya bagus di kantor Sudirman akan dia tarik ke Kuningan. Mungkin juga akan dia switch saja jadi tidak ada kekosongan staf.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
RomanceKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...