Jantung Fanny seakan meninggalkan raganya kala mendengar ucapan Pak Darmawan. Belum pulih rasanya diserang tanpa peringatan lebih dahulu, Ibu Darmawan juga mempertegas kalimat tersebut. Megap-megap Fanny dibuatnya seperti ikan yang menggelepar dilepas dari kail. Hal di luar perkiraannya sama sekali. Dia tidak memercayai pertanyaan yang ditujukan padanya. Begitu santainya mereka memintanya menjadi menantu sementara anak mereka sendiri belum pernah sekalipun mengungkapkan hal ini padanya. Atau jangan-jangan ini strategi Hari karena tidak berani berbicara langsung padanya? Tetapi rasanya tidak mungkin. Dia tahu benar bosnya itu selalu menyampaikan isi kepalanya secara langsung.
Fanny meraup sebanyak mungkin udara yang dirasakannya mulai menipis di sekitarnya. Pendingin ruangan seharusnya menyejukkan, mengapa Fanny malah merasa gerah? Sementara Bapak dan Ibu Darmawan masih menatapnya dengan serius, menanti jawaban yang akan dia berikan. Fanny pun bingung akan memberikan jawaban seperti apa. Sementara Hari, yang diharapkan bisa membantunya keluar dari situasi ini, tidak berkedip menatap orang tuanya. Mungkin saja dia juga sama terkejutnya dengan Fanny.
"Tolong Pa, Ma, biarin Fanny makan dulu," ucap Hari penuh permohonan pada orang tuanya. Mengapa kali ini orang tuanya susah sekali diajak bekerjasama? Ini bukan acara lamaran. Kunjungan biasa saja karena ayahnya yang meminta. Alasan yang tepat yang digunakan Hari untuk bisa mengajak Fanny ke rumah ini.
"Maaf ya Fanny, kami terlalu bersemangat bertemu dengan kamu. Jadi nggak sabar minta kamu jadi menantu kami." Elsye bisa memahami kondisi yang dialami Fanny saat ini. Tetapi mereka juga tidak bisa menyembunyikan keinginan untuk secepatnya melamar wanita cantik yang terkejut dengan hebohnya mendengar pertanyaan mereka tadi. Kalau menunggu Hari yang insiatif lebih dulu, bisa-bisa tahun ini terlewat begitu saja. Dia dan suaminya sudah capek menunggu putra sulungnya itu datang membawa wanita yang akan menjadi pendamping hidupnya. Giliran dijodohkan, malah hasilnya di luar dugaan sama sekali. Jadi wajar jika saat ini mereka sangat berharap. Putranya sendiri yang datang membawa wanita yang dari naluri Elsye, sangat disukainya. Memang suaminya yang meminta, tetapi tidak biasanya Hari menurut begitu saja. Jika tidak ada rasa yang ikut bermain di dalamnya, tidak mungkin Hari datang bersama Fanny.
Mendengar penuturan Ibu Darmawan, Fanny masih belum bisa menghilangkan rasa terkejutnya. Kata menantu kembali bergema, menghantam dadanya dengan keras. Lama-lama dia pingsan kalau kata itu tak berhenti diucapkan orang tua Hari padanya.
Hari tidak berani melirik Fanny. Harga dirinya serasa jatuh di titik paling rendah dalam hidupnya kali ini akibat permintaan kedua orang tuanya.
"Mohon dimaklumi Fanny ya. Karena kalau kami menunggu Hari, keburu kami sudah nggak kuat ngemong cucu baru dia berani melamar kamu." Dengan kalemnya Darmawan mengutarakan alasannya.
Wajah Hari sudah tak berbentuk ronanya menahan malu. Bayangkan, orang tuanya permalukan dirinya di hadapan wanita yang sangat disayanginya. Memang benar alasan ayahnya, Hari tidak bisa menampik itu. Akan tetapi tidak terang-terangan begini juga. Untung Fanny tidak jantungan. Kalau wanita itu jadi ilfil, bagaimana? Susah lagi Hari untuk mendekatinya dan memulai kembali semuanya dari awal. Juga Hari harus memperhitungkan pria lain yang menginginkannya. Akan semakin susah usahanya untuk mendekati Fanny. Padahal untuk sampai ke tahap ini, Hari butuh perjuangan ekstra.
"Maafkan Fanny." Kalimat pendek itulah yang bisa diucapkan Hari sembari menatap Fanny dalam. Sangat berharap wanita itu tidak tersinggung akan pertanyaan orang tuanya.
Fanny mengangguk menanggapi ucapan Hari. Dia sama sekali tidak tersinggung, hanya terkejut dengan keterusterangan orang tua bosnya itu. Adalah hal yang wajar jika orang tua menginginkan yang terbaik buat anaknya. Terlebih lagi anak sulung yang diharapkan mampu meneruskan trahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
Roman d'amourKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...