3. Awesome Personal

14.5K 1.7K 19
                                    


Yang mendapat kesempatan pertama untuk presentasi adalah Fanny. Dengan sigap Fanny mulai menjelaskan konsep desain hotel dan mal yang dibuatnya. Pendekatan yang diberikan Fanny untuk desainnya adalah modern minimalis dengan tetap memperhatikan unsur budaya tradisional Indonesia dengan menambahkan aksen ukiran pada facade, wall dan ceiling. Bangunan juga harus memperhatikan konsep desain green building dengan pemenuhan persyaratan area ruang terbuka hijau, efisiensi pengguanaan energi, air, management building dan material. Namun, kadang konsep ini berbenturan dengan keinginan klien yang selalu ingin memanfaatkan sebanyak-banyaknya lahan yang tersedia untuk bangunan.

Hari cukup terkesan dengan presentasi Fanny. Dia tidak banyak bertanya karena sangat paham dengan penjelasan yang diberikan. Koko dan Roy hanya menambahkan penjelasan yang berkaitan dengan penggunaan material serta pemanfaatan area baik dari sisi eksterior maupun interiornya. Juga yang tak kalah pentingnya adalah kesinambungan desain Arsitektur dengan Struktur dan MEP (Mekanikal, Elektrikal & Plumbing). Hari menggarisbawahi kesinambungan desain dengan bidang lainnya. Di perusahaan ini, Engineer yang stay di kantor adalah Stuktur dan MEP. Hari puas dengan hasil presentasi hari ini. Khusus Fanny, Hari mengakui jika keterbatasan fisik wanita itu tidak mengurangi kemampuannya dalam berkarya. Ayahnya memang jeli dalam merekrut Arsitek handal. Pantas saja perusahaan ini banyak menerima permintaan desain dari perusahaan lain. Di sisi lain, Ivan juga merasa puas dengan presentasi Fanny, Koko dan Roy. Beberapa kali dia menarik napas lega ketika melihat wajah bosnya mengangguk saat ketiga Arsitek mereka memberikan penjelasan atau menjawab pertanyaannya. Apa yang dia khawatirkan sebelumnya lenyap. Acara presentasi diakhiri dengan makan siang bersama di ruang meeting. Tentu saja Hari juga ikut bersama mereka. Ivan melihat suasana yang berbeda dari bosnya kali ini. Wajahnya yang sering tanpa ekspresi itu kadang ikut tertawa jika ada obrolan yang lucu.

Setelah mengantar tim Aristek ke lobi, Ivan kembali menghadap Hari. Setelah presentasi tadi, Hari berpesan pada Ivan untuk kembali ke ruangannya setelah mengantar para Arsitek mereka.

"Apa Pak Ivan sudah lama kenal Fanny?" Ivan adalah salah satu manajer senior yang sudah lama bekerja dengan ayahnya. Seharusnya dengan pengalamannya itu, dia sudah bisa naik menjadi direksi. Hari akan mempertimbangkan jika hasil pembenahannya pada perusahaan ini telah selesai.

"Sudah sih Pak."

"Apa dia sudah, maaf, kondisinya sudah seperti itu sejak bekerja di perusahaan ini?"

"Nggak Pak. Kecelakaan setahun yang lalu menyebabkan Fanny harus duduk di kursi roda. Bukan itu saja, dia juga harus kehilangan orang tuanya dalam kecelakaan itu Pak." Penjelasan Ivan membuat Hari tertegun.

"Jadi saat ini dia tinggal dengan siapa?" Hari jadi mau tahu banyak mengenai Fanny. Biarlah dianggap kepo. Lagian Fanny kan karyawannya, jadi wajar dong dia ingin tahu lebih jauh mengenai mereka.

"Fanny punya saudara laki-laki, tapi bekerja di kota lain. Di sini dia tinggal dengan seorang ART dan sopir, Pak."

Setelah Ivan keluar dari ruangannya, Hari kembali tertegun. Terbesit rasa iba sekaligus kagum pada Fanny. Masih muda dan potensial, tetapi terhalang dengan kondisinya. Hari yakin—jika saja kondisi wanita muda itu normal—pasti sangat banyak perusahaan yang berebut ingin merekrutnya. Sekali lihat, Hari tahu Fanny berbeda. Dia sama sekali tidak terlihat canggung dengan kondisinya. Belum pernah ditemuinya wanita setegar Fanny.

***

Fanny selesai melatih kakinya. Untuk menghilangkan nyeri yang sering dialaminya sehabis latihan, dia bermain piano. Jarinya dengan lincah menari-nari di atas tuts piano. Suara anak kecil dan gonggongan Pon-Pon mengusiknya. Siapa gerangan anak kecil yang bermain dengan anjing kesayangannya? Anjing jenis Pomeranian itu pemberian seseorang yang berusaha sekuat tenaga Fanny lupakan. Tadinya dia ingin menyingkirkan juga anjing itu, tetapi dia merasa anjing tersebut tidak bersalah sehingga tidak perlu disingkirkan. Lumayan juga untuk mengalihkan rasa jenuh yang sering sekali menghampirinya. Fanny menghentikan permainan pianonya. Didorongnya kursi roda ke ruang depan. Di depan jendela yang gordennya bergoyang tertiup angin sore dari celah jalusi, dia berhenti. Lalu dia menyibaknya. Di halaman nampak seorang bocah laki-laki berumur sekitar 3 tahun sedang bermain dengan Pon-Pon.

The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang