Setelah menerima hasil check up terakhir hari Sabtu dari dokter, Fanny diperbolehkan meninggalkan rumah sakit. Hatinya tentu gembira dan tidak sabar ingin beraktivitas kembali. Namun, saat akan membereskan urusan administrasi, Fanny dikejutkan oleh info dari bagian kasir jika semua urusan pembayaran telah diselesaian oleh seseorang. Sayangnya, nama orang tersebut tidak boleh diberitahukan padanya. Fanny menyimpulkan hanya satu orang yang bisa melakukan ini yakni Hari. Atau kakaknya? Tidak mungkin Farrel yang melakukannya. Kakaknya itu akan selalu konfirmasi sebelum melakukan sesuatu yang menyangkut hidupnya. Itu kebiasaan mereka setelah kepergian orang tuanya. Apa mungkin Tio? Nama ini juga melintas di kepalanya. Rasa-rasanya tidak juga karena pria itu tidak tahu kapan dia akan keluar dari rumah sakit.
Fanny masih berusaha membujuk sang kasir agar memberitahukan data orang tersebut, tetapi tidak berhasil. "Maaf, Mbak. Kami tidak dapat membeberkan datanya. Sama dengan kami juga menjaga kerahasiaan pasien." Kalau sudah begitu, Fanny tidak bisa memaksa lagi. Akan dia cari tahu sendiri nanti. Semoga orang itu mau mengakuinya, karena kalau tidak, akan selamanya Fanny berutang budi padanya. Hal yang sangat tidak disukainya.
Pak Jaya sudah bersiap di lobi saat Fanny berjalan dengan pelan, memegang dengan kuat kruknya sementara Cicih berjalan di sampingnya membawa tas berisi perlengkapan Fanny selama dirawat. Tadinya Farrel ingin menjemputnya, tetapi kakaknya itu baru saja tiba dari Bali. Fanny jelas menolak dan menyuruh Farrel beristirahat saja di rumah. Farrel juga tidak bisa memaksa karena sangat tahu tipe Fanny. Sembari menunggu, Farrel mempersiapkan syukuran kecil-kecilan untuk adiknya itu. Kalau yang seperti ini Fanny tidak menolaknya. Maka mulailah dia menggulir layar ponsel, berselanjar di aplikasi memesan ini dan itu. Pesanannya datang tak lama kemudian. Beberapa kali pengendara ojek online silih berganti datang membawa pesanan. Cepat dia menatanya di meja makan sebelum Fanny tiba. Pon-Pon yang melihat kesibukan Farrel tak henti-hentinya ikut bergerak ke sana kemari. Saking hebohnya Pon-Pon bergerak, ekornya hampir saja terinjak oleh Farrel. Setelah dua puluh menit, semua makanan yang dipesannya tadi telah tertata di meja makan. Farrel ke teras depan menunggu. Pesan dari Fanny, sebentar lagi mereka tiba.
Bunyi klakson mengalihkan Farrel dari layar ponsel. Dia melihat ke gerbang, tetapi bukan mobil Pak Jaya melainkan mobil yang berhenti di rumah sebelah. Farrel kembali menekuri ponselnya membaca berita sembari menunggu. Saking asyiknya, dia tidak menyadari jika mobil sudah berada tepat di pintu gerbang. Cicih turun membuka pintu gerbang. Setelah mobil masuk, Farrel berdiri membuka pintu dan membantu Fanny turun. Betapa bahagianya dia melihat adikya akhirnya bisa kembali ke rumah.
"Welcome home," sambut Farrel yang dibalas Fanny dengan senyuman lalu memeluknya.
"Thank you, Mas." Walau hanya berdua, tinggal terpisah pula, tak hentinya Fanny bersyukur masih memiliki keluarga. Karena mendadak diinfo Fanny, Farrel tidak bisa mendapat tiket untuk istri dan anaknya. Tadinya dia berencana datang beserta keluarganya untuk menjenguk adiknya itu, tetapi karena ada seminar besar yang sedang diselenggarakan di hotel tempatnya bekerja, Farrel baru bisa datang hari ini.
"Yuk, langsung ke meja makan aja. Kita rayakan hari ini dengan syukuran sederhana aja ya," ucap Farrel. Dia juga meminta Pak Jaya dan Cicih untuk sama-sama menikmati hidangan yang telah siap di meja makan. Mendengar operasi Fanny berhasil saja dia sudah sesak saking terharunya. Apalagi melihat langsung adiknya itu saat ini, Farrel tidak dapat menyembunyikan rasa harunya. Betapa dia bersyukur Fanny bisa melaluinya dengan sabar. Semoga saja kakinya bisa kembali normal dan tidak pernah lagi merasakan operasi yang membuatnya sering ngilu seolah merasakan sakit yang diderita adik satu-satunya itu.
***
Seharusnya Fanny masih beristirahat, tetapi dia sudah tidak sabar untuk kembali bekerja. Setelah melaui perdebatan panjang dengan Hari, akhirnya Fanny diizinkan beraktivitas sesuai keinginanannya. Kalau dihitung dari hari Sabtu, praktis hanya dua hari setelah keluar dari rumah sakit, Fanny sudah masuk kantor. Hari Senin ruangan Voidra Studio menerima kedatangannya kembali. Rekan-rekannya, terutama timnya sangat senang melihat kehadirannya. Satu per satu menghampiri Fanny memberinya ucapan selamat. Fanny tentu saja terharu tak menyangka mendapat sambutan demikian. Tadinya dia ragu dan malu karena sudah banyak diberi keringanan oleh pimpinan, tetapi rekan-rekannya tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Mereka sangat memaklumi kondisinya. Sepertinya tak akan ada lagi tempat senyaman Voidra ini yang bisa ditemuinya di tempat lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
RomanceKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...