Hari baru saja balik dari bersepeda di car freeday ketika dilihatnya mobil yang sudah tak asing baginya terparkir di depan rumah Fanny. Tak salah lagi, mobil premium Eropa dengan empat lingkaran yang saling berkait sangat dia kenal pemiliknya. Plat nomor khususnya pun dia hafal. Hatinya waspada. Alarm di kepalanya memekik, menandakan sesuatu yang genting telah terjadi. Apa tujuan Tio datang mengunjungi Fanny? Tetapi tanpa diberitahu pun, Hari bisa menangkap ada misi tertentu adik temannya itu berkunjung. Ini tidak boleh dibiarkan. Hari sadar sesuatu telah mengancam ketenangannya. Bagaimana kalau Fanny berubah pikiran setelah mendengar rayuan Tio? Pria itu tidak sama dengan dirinya. Tio selalu terbuka jika menginginkan sesuatu. Blak-blakkan menyatakan rasa sukanya. Apalagi mereka dulu memang pernah dekat. Tak sadar Hari memarkir sepedanya begitu saja, bahkan membuangnya hingga terjatuh. Sepeda mahal yang seketika tidak berarti apa-apa lagi dibandingkan dengan membayangkan kejadian di ruang tamu Fanny. Bergegas dia menerobos masuk tanpa permisi terlebih dahulu.
Fanny dan Tio serempak berdiri begitu Hari muncul di depan pintu, masuk dengan napas sedikit memburu. Astaga! Fanny melongo. Mengapa bosnya terlihat seperti mau menerkam seseorang begitu? Bukannya pulang dulu setelah habis berolahraga, ini malah mampir dengan tampangnya yang keras, menyiratkan rasa tak suka. Matanya menatap tajam pada Tio.
"Halo Bang!" sapa Tio dengan santainya. Yang disapa masih sibuk mengatur napasnya. Sudah capek berolahraga, sekarang dia capek berpikir. Harusnya tuh Fanny menolak kedatangan Tio. Ini hari libur yang seharusnya diisi dengan bersantai.
"Ada tujuan apa nih ketemu Fanny?" Bukannya balik menyapa, Hari malah bertanya tujuan Tio. Yang tuan rumah di sini siapa ya? Pertanyaan yang santai sih, tetapi maknanya sangat mengena.
Kening Fanny berkerut mendengar pertanyaan Hari. Ada apa dengan bosnya kali ini? Tio adalah tamunya, mengapa bosnya yang bertanya tujuan kedatangannya? Fanny duduk kembali, agak bingung dengan situasi yang tiba-tiba kaku sejak kedatangan Hari. Tanpa diminta Hari duduk di samping Fanny. Dia melirik Fanny sebentar, tersenyum lalu mengelus kepalanya dengan lembut. Sudah sangat biasa gerakan seperti itu dilakukan Hari dan tidak risi dengan pandangan orang lain.
"Mau ketemu Fanny aja Bang." Melihat gerakan Hari di kepala Fanny, Tio sesak napas. Sepertinya dia memang sudah tertinggal jauh kini dan sangat susah untuk merebut Fanny kembali. Pria matang yang duduk di samping Fanny terlihat sangat menyayanginya. Tidak perlu dibuktikan dengan kata-kata, cukup dengan gerakan, tatapan mata yang memuja dan penuh kasih, sudah membuktikan betapa dia sangat menyayangi Fanny. Tio sudah merasa kalah sebelum berperang.
"Ada yang penting, Fanny? Urusan kerjaankah?" Hari membalikkan badan menghadap ke arah Fanny. Seharusnya kalau urusan kerjaan, ya, jangan hari libur begini jugalah. Duh, si Bos mau tahu saja urusan orang nih.
Fanny menggeleng, bibirnya masih mengatup rapat. Matanya menatap lurus pada Hari, mencari sesuatu yang aneh di sana. Belum lengkapkah kejutan yang akan diterimanya? Belum reda benar kejutan yang diterimanya sejak kemarin, masih ditambah lagi hari ini. Lalu bagaimana caranya dia bisa menghentikannya?
Tio memperhatikan interaksi Hari dan Fanny. Bahkan dengan tatapan mata saja mereka bisa saling memahami. Hal yang dulu tidak pernah bisa Tio lakukan saat masih bersama wanita yang semakin cantik dan anggun saja di matanya. Tetapi sebelum dia tahu dengan jelas hubungan keduanya, dia masih ingin berjuang.
"Oke Tio, kalau urusan kerjaan bisa langsung dengan gue aja. Fanny masih butuh waktu kembalikan kondisinya pasca operasi." Hari menjelaskan bagian yang menjadi wewenangnya. Sekaligus ingin menegaskan pada Tio kalau Fanny adalah bagian dari tanggung jawabnya. Dan mungkin, Hari berdoa dalam hati, besok hubungan mereka berubah sebagai sepasang kekasih. Buru-buru Hari mengaminkan doanya.
Sampai detik ini, Fanny belum mengeluarkan sepatah kata pun. Matanya bolak-balik memindai pria yang berada di sampingnya dengan pria yang berada tak jauh di depannya, duduk dengan tatapan yang menyiratkan rasa terintimidasi oleh kehadiran Hari. Saat bersama Tio dulu, belum pernah Fanny mendapati Tio dengan kondisi seperti itu. Pria itu selalu tampil penuh rasa percaya diri. Mengapa sekarang dia seolah tak bisa menandingi Hari? Padahal pertanyaan Hari bagi Fanny adalah jenis pertanyaan yang biasa saja. Tidak ada unsur tekanan atau lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/253951431-288-k887212.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
RomanceKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...