Aura seseorang yang lagi menjalin hubungan, atau istilah tepatnya kasmaran, apalagi dengan orang yang sudah lama ingin direngkuhnya, memang berbeda. Bawaannya kalau tidak tersenyum, bertegur sapa dengan ramah. Jangan salahkan orang dong kalau menampilkan raut bingung melihat perubahan dadakan itu. Saat Hari memasuki lobi Voidra, senyumnya merebak. Membalas sapaan Front Office dan Security dengan ramah. Saat dia tiba di lantai 27—mengecek sebentar Voidra Studio—menyapa satu-satu karyawan yang berada di ruangan. Tentu saja penghuninya kebingungan, lalu buru-buru menyapa balik bos besar mereka. Fanny berusaha mengecilkan dirinya di sudut, agar tidak ikutan salah tingkah dengan sikap Hari. Ya ampun, kekasihnya itu seperti baru dapat wangsit jadi berubah 180 derajat.
Fanny rasanya mau berhenti bernapas saat langkah Hari menuju meja kerjanya. Aduh, mau apa lagi? Pagi tadi saja mereka berdebat gara-gara Hari ngotot berangkat bareng. Sementara Fanny menolak, karena risi dilihat orang sekantor.
"Ayolah, Sayang. Berangkat bareng aja, ya?" pinta Hari.
"Jangan sekarang, aku belum siap," tolak Fanny. Hari mengerang frustrasi. Apa susahnya berangkat bersama, toh mereka sudah menjalin hubungan sebagai kekasih. Sangat wajar menurut Hari. Tetapi Hari juga tidak mau memaksakan kehendak, khawatir berdampak bagi mood Fanny.
Maunya Fanny pelan-pelan dulu saja, jangan frontal menujukkan kebersamaan mereka. Dia tidak ke mana-mana juga. Apa iya Hari lupa kalau rumah mereka bersebelahan? Berangkat secara terpisah tidak akan mengurangi rasa cintanya kok. Astaga!
Tidak ada suara memang, tetapi gerakan tangan Hari mengusap lembut kepalanya sekilas, menjadikan Fanny mau mati saja. Semua mata memandang ke arah mereka. Mungkin Hari masa bodoh, tidak peduli, tetapi Fanny sebagai penghuni Voidra Studio malu. Apalah nanti tanggapan teman-temannya di ruang itu? Untung saja tidak ada Roy dan Koko. Coba kalau ada, habislah Fanny dicecar pertanyaan. Apakah tindakan ini merupakan tanda dari Hari untuk menyatakan kalau mereka punya hubungan spesial? Official begitu? Fanny tak mau menduga-duga. Begitu Hari menjauh—keluar dari ruangan—Fanny menghela napas lega. Beberapa temannya kembali menekuri pekerjaan mereka. Namun, masih ada juga yang menatapnya penuh tanda tanya, lalu tersenyum dikulum. Aji yang berada di samping mejanya, juga menatap Fanny bingung, menggelengkan kepala lalu menatap lurus laptopnya, menyibukkan diri.
"Ada yang mau kamu tanyakan, Ji?"
"Oh, nggak ada kok, Bu. Untuk gambar 3D yang Ibu minta masih saya render ya. Setelah selesai, akan saya email ke Ibu." Aji melihat ada yang berbeda dari kedua bosnya. Seperti ada hubungan khusus yang tak kasatmata. Sebagai bawahan, tidak mungkin dia bertanya langsung. Dia malah bersyukur bos besarnya peduli pada Fanny.
"Oke, Ji. Tanya aja kalau masih ada yang kurang jelas ya."
"Baik, Bu."
***
Hari masuk ke ruangannya dengan suasana hati yang lain dari biasanya. Pagi ini, energinya naik berkali-kali lipat. Bibirnya tertarik dengan lebar menampilkan senyuman terbaiknya. Lucu saja melihat sikap Fanny yang grogi saat dia mengusap kepalanya di ruangan tadi. Matanya membulat, protes dengan tindakannya. Padahal itulah cara Hari membuka sedikit demi sedikit hubungan mereka ke publik. Kalau perlu, dia akan mengirim email atau masuk ke ruang kontrol, mengumumkan ke semua karyawan di gedung Voidra lewat sound system yang terpasang secara terintegrasi di setiap lantai, jika Fanny adalah calon istrinya.
Masih teringat dengan jelas obrolan mereka saat makan siang kemarin. Hari menuturkan rencana-rencananya pada Fanny.
"Maunya aku langsung menikah aja. Nggak usah lama-lama Fanny. Kamu bersedia, kan?" Pertanyaan yang kembali membuat Fanny terperangah. Berhadapan dengan keluarga Darmawan butuh jantung yang super kuat. Karena kalau tidak, bisa-bisa kolaps mendadak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
RomansaKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...