Sudah tiga hari Fanny berada di rumah sakit pasca operasi. Dan seperti biasa, seusai jam kantor Hari selalu menjenguknya. Sebenarnya Fanny risi, tetapi tidak mungkin melarang bosnya datang. Memang mau kena SP? Fanny paling khawatir dapat begituan. Baginya, menerima itu berarti kinerja sudah buruk sekali dan lebih baik dia mundur daripada malu. Info dari Dokter Trisna kalau hasil pemeriksaannya besok bagus, Fanny sudah bisa keluar dari rumah sakit hari Sabtu. Namun, belum boleh beraktivitas berat. Saat ini dia sudah bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke toilet dengan bantuan kruk. Kadang rasa nyeri masih menyerangnya, tetapi tidak separah dulu. Jika boleh berharap, semoga inilah yang terakhir dia merasakan meja operasi, jangan ada lagi. Fanny menegakkan punggungnya, bersandar pada bantal untuk menyanggah punggungnya. Mulai dibukanya ipad yang menemaninya selama di rumah sakit, mengecek mungkin ada email dari Aji. Pagi tadi drafternya itu datang meminta tanda tangan untuk gambar yang sudah fixed. Dia sedikit merasa lega melihat pekerjaan Aji. Satu lagi yang membuat Fanny merasa semakin tidak enak dengan bosnya, sesuai info dari Aji tadi, bosnya itu setiap pagi menyempatkan waktu ke ruang Voidra Studio mengecek pekerjaannya dan memintanya untuk berkoordinasi langsung. Apa ada Bos seperti Hari ini di tempat lain ya? Akan semakin risi saja nanti saat dia berhadapan dengan Hari.
Email dari Aji tidak ada, tetapi ada satu email baru dari tim QS. Cepat dibukanya dengan subject BoQ fixed. Lagi-lagi Fanny lega setelah membuka email. Satu per satu pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya mulai selesai. Semangatnya kembali bergelora setelah jatuh di titik paling rendah dalam hidupnya kala menerima hasil MRI. Namun, rasa khawatir itu akan selalu ada selama kakinya belum pulih 100%. Bisa saja di masa mendatang ada lagi masalah di kakinya, tetapi Fanny bersyukur orang-orang di sekitarnya tidak mempermasalahkan kondisinya. Selama dia masih bisa menunjukkan kinerjanya, maka mereka pasti memahami kondisinya yang serba terbatas. Hanya saja, dia merasa tidak enak hati belum berapa lama bekerja sudah minta cuti. Makanya kemarin dia minta cuti di luar tanggungan yang ditentang dengan keras oleh Hari. Sangat sulit menjelaskan alasannya pada pria yang mulai bersikap protektif pada dirinya itu.
Baru saja Fanny ingin memulai sketsa konsep desain untuk proyek Graha Agung Land, terdengar pintu diketuk. Walau masih berupa sketsa kasar saja, tetapi kebiasaan Fanny saat menerima pekerjaan adalah mulai memikirkan konsepnya. Berat menangani proyek ini, tetapi tugas dari Hati tidak dapat ditolaknya. Keningnya berkerut. Siapa yang sesiang ini datang menjenguknya? Cicih? Rasanya tidak mungkin. Cicih sudah kembali setelah mengambil pakaian kotornya. Atau dokter? Rasanya juga tidak karena jam sepuluh tadi dokter sudah datang melihat perkembangan kakinya. Fanny menyibak selimut, meraih kruk turun dari tempat tidur hendak membuka pintu. Saat pintu terbuka, Fanny hampir saja terjengkang saking terkejutnya melihat sosok yang berdiri di depannya kalau tak ada tangan yang menahan tubuhnya.
"Maaf, ganggu istirahat kamu," sapa Tio dengan perasaan bersalah. Karena Hari tidak mau berbagi informasi tempat Fanny dirawat, Tio menyuruh asistennya mencari nama Fanny pada daftar pasien di seluruh rumah sakit di Jakarta. Akhirnya hari ini, dia mendapat info tempat wanita yang masih tersimpan rapi di hatinya itu dirawat. Tak mau membuang waktu, walau mungkin waktunya yang kurang tepat Tio meluncur. Tapi Fanny seperti melihat hantu saat membuka pintu tadi. Melihat kondisinya yang sudah bisa berjalan walau menggunakan kruk, Tio merasa sangat lega. Saat mengetahui Fanny cuti dan masuk rumah sakit, dirinya dilanda ketakutan. Takut jika tak ada kesempatan lagi baginya menjelaskan alasan di balik kepergiannya setahun yang lalu.
Fanny menyingkirkan dengan kasar tangan yang menahan tubuhnya tadi setelah mampu menguasai diri. Napasnya terasa sesak. Dengan langkah tertatih dia menuju sofa yang berada di sudut ruangan dekat jendela kaca yang tirainya terbuka.
"Untuk apa datang kemari?" tanyanya ketus. Pria tampan di depannya ini tidak boleh lagi diberi hati. Setelah sikapnya yang menjengkelkan beberapa hari lalu di ruang meeting, Fanny benar-benar ingin menutup rapat-rapat masa lalunya bersama pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sound Of You (Terbit - Faza Citra Production)
RomanceKecelakaan yang dialami Fanny membuatnya harus menerima kenyataan jika dirinya kemungkinan akan lumpuh permanen. Dunia Fanny seolah runtuh. Selain kehilangan kedua orang tua, kekasihnya juga pergi meninggalkannya. Setahun Fanny menarik diri dari per...