Kesedihan setiap hari

252 188 186
                                    

Masalah emang ngga ada habisnya
Namanya juga hidup
Bisa nggak ya hidup isinya hanya bahagia saja?
Bahagia nggak bisa di sebut bahagia kalau ngga ada kesedihan.
Capek?
Kalau capek istirahat. Kalau mau ngeluh juga silahkan. Namanya juga manusia ya wajar capek, dan ngeluh. Tapi jangan lupa buat bersyukur ya. Karna apapun keadaan yang harus di hadapi itu adalah skenario terbaik dari Tuhan.

Happy reading


Hari ini aku akan ke rumah pak Rusdi melanjutkan pekerjaanku. Di sana aku bekerja sebagai  dish washer serta menjadi Waiter diwarteg pak Rusdi. Entah kenapa pak Rusdi bisa menerimaku untuk bekerja dengan umurku yang masih di bawah ini. Tapi aku bersyukur bisa mendapatkan pekerjaan ini.

Pengunjung di sana lumayan banyak disetiap harinya, hingga cucian piring selalu menumpuk. Karna karyawan pak Rusdi kemarin lalu meninggal dunia, akhirnya pak Rusdi menerimaku. Tidak akan mungkin jika pak Rusdi akan bekerja dengan sendiri, karena pasti akan kewalahan mengerjakannya sendiri.

Di sana aku sudah selesai mencuci piring. Di sana lumayan adem, di depan warteg begitu banyak pepohonan yang rindang. Itulah salah satu alasan kenapa setiap hari warteg selalu ramai. Selain tempat yang nyaman, makanan di sana juga enak-enak dan mempunyai banyak menu makanan maupun minuman supaya para pembeli bisa puas memilih makanannya.

Pak Rusdi juga sangat kreatif masalah apapun. Ketika ruangan tidak cukup, pak Rusdi memilih untuk membuat tempat makan di luar ruangan saja, supaya tidak menumpuk di dalam ruangan. Namun, pengunjung sangat lebih menyukai di luar ruangan, katanya bisa menikmati angin sepoy-sepoy.

"Alma! Tolong antarkan ini kemeja paling ujung!" pinta pak Rusdi memperlihatkan pesanan pengunjung.

"Baik pak," ujarku menyimpan sapu lidiku kemudian menghampiri pak Rusdi.

Aku pun membawanya kepada yang memesan makanan.

"Permisi pak, bu, ini pesanannya." ucapku menata makanan yang beberapa kubawa seraya tersenyum.

"Selamat menikmati." lanjutku tak lupa dengan senyuman manisku.

"Iya makasih nak," sahut Ibu-ibu yang memesan tadi seraya mengelus sedikit rambutku.

"Bukannya anak pak Rusdi sudah besar - besar semua yah?" tanya seorang lelaki di depan ibu - ibu tadi, dia adalah suami dari ibu yang barusan mengelus rambutku.

"Iya bener pak," jawabku manggut-manggut.

"Terus kamu siapa?" tanya lelaki itu lagi.

"Saya hanya karyawan pak Rusdi disini pak," jawabku.

"Karyawan?" tanya istrinya .

"Iya bu. " jawabku.

"Tapi kamu ini masih sangat kecil nak, kenapa harus kerja?" tanyanya lagi tampak heran.

"Aku hanya ingin bekerja saja bu, aku tidak mau membebani kedua orang tuaku. " ucapku membuat alasan.

"Duduk dulu nak! Ngga ada lagi yang mau kamu antarkan kan?" pinta sang suami.

"Iya pak, makasih," ujarku duduk dekat dengan pasangan suami istri itu.

"Kedua orang tua tidak akan pernah merasa dibebankan oleh anak nak, kenapa kamu harus begini. Emang mereka tidak menasehatimu untuk tidak bekerja?" tanya sang istri.

"Ohh begitu yah bu? kedua orang tuaku pernah menasehatiku, tapi aku hanya bilang ngga papa kok bu," jawabku jujur.

"Kamu tidak usah bekerjalah nak, fokuslah pada sekolahmu." sahutnya.

ALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang