Kejadian apa lagi ini?

120 120 50
                                    

🌸Ini hanya tentang perjalanan
Jangan dipikirkan endingnya
Tapi nikmati saja prosesnya :)🌸

Happy reading
'
'
'

Aku segera keluar dari kelas dan mengerjakan tugas yang di berikan oleh kepala sekolahku. Ternyata Miya adalah cucu dari kepala sekolahku, pantas saja dia bisa berani membentak dengan kakeknya. Namun, menurutku itu bukanlah contoh yang baik bagi kami semua. Lagi pula, dia baru saja berbohong pada guru kelas tigaku. Keterlaluan, mengapa dia bisa berdrama seperti itu?

"Ehh kamu!" panggil Miya padaku, mungkin karna ia belum tahu namaku jadi dia hanya bisa memanggilku seperti itu.

"Aku?" tanyaku menunjuk diriku sendiri.

"Iyalah kamu, nggak punya kuping yah?" tanya balik Miya bersedekap.

"Baru aja jadi cucu kepala sekolah, bagaimana kalo udah jadi kepala sekolah? Mungkin belagunya udah tingkat dewa!" pekik Ahmad.

"Siapa juga yang mau jadi kepala sekolah. Uangku sudah banyak, jadi nggak usah untuk capek-capek kerja lagi." ketusnya sembari mencemoohkan senyumnya.

"Udahlah Mad! Kerjaan kita nggak akan kelar-kelar kalo ngeladenin dia." tegurku yang sedari tadi mencabut rumput.

Tugasku akhirnya selesai, waktunya jam pelajaran telah dilaksanakan. Kami pun berlarian menuju kelas setelah mendengar bel berbunyi.

Setelah pelajaran selesai, aku pun segera berpamit pada Ahmad kemudian berangkat ke warteg pak Rusdi.

"Assalamualaikum pak," sapaku pada pak Rusdi sambil melambaikan tangan.

"Wa'alaikumussalam, langsung ganti pakaian saja yah! Trus makan, abis itu kerja." pintanya.

"Siap pak!" ujarku sambil memberi hormat.

"Woi penjaga warteg! Sini!" panggil seseorang dengan tegas membuat para pengunjung mengalihkan pandangan padanya.

"Hm dia lagi," batin pak Rusdi tersenyum kelat.

"Iya baik pak," ucap pak Rusdi menghampiri ayahku.

"Ayah?" ucapku tampak heran.

"Pesan seblak satu, pecel satu, pangsit satu pake siomay yah dan minumannya pake es teh," ucap ayahku lirih.

"Behh! Ini orang apa kagak yah? Mesan banyak banget, paling-paling yang bayarin juga pake potongan gaji Alma." gumam pak Rusdi.

"Oke," ucap pak Rusdi tak ingin berbasa-basi kemudian pergi.

"Ayah mesannya banyak amat, apa bisa diabisin semua? Trus dapat uang dari mana coba?" batinku bertanya-tanya pada diriku.

Ayahku pun telah berdiri, dan sepertinya ia sudah kekenyangan namun masih banyak makanan yang tersisa di atas meja. Ayahku lalu memanggil pak Rusdi untuk membayarnya.

"Hei Rusdi! Ini ambil bayarannya!" pinta ayahku seraya menyimpan beberapa uang biru di atas meja dengan kasar.

"Baik pak." ucap pak Rusdi seraya mengambil uang dari meja.

ALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang