Setelah beberapa jam aku akhirnya tertidur dengan keadaan terduduk, sama halnya dengan Ahmad. Seketika Ahmad terbangun, ia mengucek matanya seraya melihat badanku sangat menggetar karna kedinginan.
Ia langsung memegangi dahiku mengecek apakah badanku demam atau tidak, setelah ia periksa ternyata badanku benar-benar terasa panas di telapak tangannya. Ia segera mengambil barang yang bisa menutupi tubuhku untuk menghangatkan badanku.
Akhirnya ia menemukan beberapa lembar karung bekas dan setelah Ia cek ternyata karung itu bersih, sebelum Ia menempelkan karung putih itu ke tubuhku Ia terlebih dahulu mengganti posisi tidurku dengan meniduri lantai yang di alasi karung putih. Alhamdulillah aku merasa hangat sedikit dan posisi tidurku juga sudah membaik.
Ahmad tengah memandangiku, entah apa yang ada di fikirannya. Mungkin karna Ia kasihan denganku karna harus mendapat Ujian seperti, meninggalkan Adikku sendirian di rumah tetangga.
Pagi hari ini, Matahari begitu panas membuat mataku tersinari olehnya. Aku segera mengucek kedua mataku karna silau dari matahari itu seraya melihat ke arah jam Ahmad ternyata sudah jam Tujuh pagi.
"Astagfirullah, sudah jam Tujuh? Aduh kenapa aku bisa nggak kebangunan sih pas tadi subuh. Ya Allah gimana ini?" ucapku dengan sendirian, karna Ahmad masih dengan keadaan tertidur pulas. Aku segera membangunkan Ahmad seraya menggoyang-goyangkan lengannya untuk bangun.
"Mad ayo cepet bangun, Ahmad! Ahmad! Mad ihk!" ucapku masih menggoyang-goyangkan Lengannya, setelah aku merasa capek aku segera mencubit pinggangnya supaya bisa cepat bangun.
"Awww," ucap Ahmad kesakitan seraya memegangi bekas cubitanku.
"Mad ini udah jam 7, ayo cepet kita keluar dari sini." ucapku dengan wajah yang menegang.
Ahmad kemudian melirik jam tangannya "Astaga kita nggak sholat subuh tau nggak," ucapnya terkesima.
"Iya nih, aku nggak terbangun juga waktu subuh." ucapku tampak cemberut.
"Udah cepet gedor pintu itu, siapa tau ada orang di luar!" pintaku seraya menarik tangan Ahmad yang masih melanjutkan tidurnya.
Ahmad menghembuskan nafas, "Hmm iya..iya.." lirihnya bangkit dari tidurnya.
Ahmad pun berusaha menggedor-gedor pintu itu dengan keras, namun sama sekali tak ada yang mendengarnya. Ahmad merasa kecapean akhirnya memilih untuk kembali beristirahat.
Ahmad menghampiriku, " Al, sumpah aku udah capek banget," keluh Ahmad duduk di sampingku.
"Istirahat deh, biar aku yang gedor." pintaku bangkit dari dudukku seraya memperbaiki hijabku.
"Aku aja nggak bisa Al, apalagi kamu, kamu juga tampak sangat cemas. Nggak usah! Biar aku saja." pekik Ahmad.
"Mad kita udah lama banget terkurung disini, pasti kita bakal di Alfa, trus gimana dengan Adik aku? Aduh gimana nih Mad." ucapku merengek.
Ahmad menghembuskan nafas panjang seraya bangkit dari duduknya, " Oke.. oke.. aku akan cari ide gimana caranya kita bisa cepat keluar dari sini," ucap Ahmad tampak cemas.
"Makasih Mad," ucapku tak lupa dengan senyuman indahku.
Devan P.O.V. >
Hari ini gue bangun lebih awal karna kelakuan bocah ngeselin ini. Baru kali ini gue ngizinin seseorang naik ke kasur gue, sebenarnya gue juga nggak ngizinin dia. Tapi karna bocah tengil itu langsung saja melompat ke kasur gue, yah apa boleh buat. Semuanya sudah berakhir dengan sia-sia, dan paling kesalnya, nih boca ngompol di kasur gue tepat pada Tangan kanan gue. Sumpah gue bener-bener pengen bunuh tu si bocah, tapi karna hati gue sedikit terisak setelah melihatnya minta maaf dengan sangat tampak memohon. Yah gue hanya bisa memaafkan dia, kasian juga sih sama bocah ini. Dia udah nggak punya Papa-Mama jadi nggak ada yang ngurusin, sedangkan gue punya Papa-Mama mala nggak ada syukur-syukurnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
Teen FictionTidak ada anak yang ingin orang tuanya menjadi seorang pejudi dan ibu yang kerjanya cuman menghabiskan uang saja. Namun seorang gadis kecil yang sejak lahir mengalami kehidupannya ini. Hidupnya yang tak pernah merasakan bahagia bersama orang tua. Ai...