Sejak hari itu aku sadar bahwa Allah masih sayang kepadaku dan tak lupa pula untuk mengucapkan
"SYUKUR"~Alma~
Happy Reading
°
°
°Alhamdulillah kini yang sudah lama ku nanti-nanti akhirnya sudah tercapaikan. Aku di beri seorang adik yang sangat mirip padaku.
Hampir semua keluargaku tengah menyambut kedatangan adikku, rasanya aku sangat bersyukur.
2 Tahun tahun kemudian....
Akhirnya aku bisa mempunyai teman bermain dengan satu rumah, dulu aku masih kesepian karna adikku masih kecil untuk ku ajak bermain. Tapi Alhamdulillah kali ini ia sudah bisa berjalan walau masih belum terlalu lancar.
Aku selalu mengajaknya untuk belajar mengaji. Namun kata ayahku tidak usah dulu, adikmu masih sangat kecil biarkan dia menikmati masa kecilnya. Bukannya lebih baik jika dari kecil kita mendidiknya? Entahlah apa yang ada difikiran ayahku, aku hanya bisa tawakkal pada Allah.
"Aska ayo sini dek!" ajakku pada adik laki-lakiku.
"Tundu atu kaka, " ucap adikku yang masih kurang jelas dengan cara penyebutannya, tapi sedikit sudah ku mengerti, ia lalu berjalan padaku.
"Awas dek nanti jatuh!" sahutku dari kejauhan.
Adikku kini menghampiriku, namun apa yang terjadi. Kaki imutnya menemukan batu-batu kecil membuatnya terjatuh hingga menangis.
"Astaga...." ucapku spontan berlari menghampiri adikku.
"Alma......." teriak ibuku berada di ambang pintu setelah mendengar adikku menangis.
"M-ma-maaf bu, " ucapku terbata.
"Ngurus adik saja tidak becus!" ketusnya seraya menggendong adikku.
Sudah banyak kata-kata yang keluar dari mulut ibuku membuat hatiku teriris. Tapi aku tidak peduli dengan semua itu. Aku tetap berusaha sabar mendengarkan ucapannya.
Aku sudah tak mempunyai pekerjaan lagi sejak pak Rusdi meninggal 3 tahun yang lalu, makanya aku sudah tidak mempunyai joob lagi di wartegnya. Lagian wartegnya sudah lama di jadikan warkop oleh tetangganya, mungkin di jadikan tempat nongkrong olehnya. Ketika larut malam memang sangat ramai di sana, banyak anak-anak remaja yang berkunjung ke sana.
Dalam surah al-Ahzab ayat 33 Allah berfirman, 'Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul- Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.'
Itu yang selalu ku ingat dari kata-kata ustaz Amar. Kini aku sudah belajar banyak olehnya, sampai sekarang pun aku masih sering belajar dengannya. Jika sudah sholat magrib barulah aku memulai pelajaranku dengan Ahmad.
Setelah kepergian pak Rusdi, aku kini membuat bisnis dengan berbagai macam. Jika di sekolah aku menjual kripik singkong, setelah pulang sekolah aku menjual sop ubi keliling disekitaran kompleks rumahku.
Alhamdulillah pengunjung ramai, walaupun tidak banyak untungnya yang penting ada dan tidak membebani kedua orang tuaku. Seperti kata pepatah 'Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit'.
Kini ayahku sudah tidak terlalu sering keluar malam, walaupun masih tampak tidak suka denganku aku sudah sangat bersyukur dengan semua itu.
Sampai sekarang aku masih bertanya-tanya pada diriku sendiri, kenapa orang tuaku tidak pernah sama sekali menganggapku ada, jika tidak ingin mempunyai anak kenapa aku harus di adakan di dunianya jika dia tidak ingin anak? Tapi jika itu alasannya kenapa aku masih mempunyai adik lagi? Dan kalau saja alasannya karna tidak ingin mempunyai anak perempuan bisa saja itu alasan mereka. Tapi entahlah, aku masih sangat bertanya-tanya dengan semua itu.
Salam Author
Alda Maylanda
KAMU SEDANG MEMBACA
ALMA
Teen FictionTidak ada anak yang ingin orang tuanya menjadi seorang pejudi dan ibu yang kerjanya cuman menghabiskan uang saja. Namun seorang gadis kecil yang sejak lahir mengalami kehidupannya ini. Hidupnya yang tak pernah merasakan bahagia bersama orang tua. Ai...