Dusta

108 114 50
                                    

Berbahagialah jika kamu merasa
masih sedih, karna itu artinya kamu bersiap untuk merasakan kebahagiaan.

Happy reading



Hari ini aku tidak ke sekolah, badanku sakit tak sanggup untuk berjalan jauh. Badanku terasa panas dingin, aku segera mencari ibu dan ayahku.

"Ayah.... Ibu....." panggilku mengecek semua ruangan.

"Ya" jawab ibuku, ternyata dia ada di luar bersama ayahku.

Kali ini aku baru saja melihat ayah dan ibuku bersantai di luar rumah. Mereka akan akur jika ayahku tidak mabuk, jika ayahku mabuk pasti mereka selalu saja bertengkar hebat.

"Ehh ternyata di luar, " ujarku sudah berada di ambang pintu.

"Kenapa?" tanya ibuku, ayahku hanya serius menikmati segelas kopi.

"Aku sepertinya sakit bu, demamku tinggi uhuk...uhuk..." jawabku terbatuk.

"Minum paracetamol aja sana! Nggak usah manja." pekik ibuku sibuk dengan handphonenya.

"Nih uang buat beli obat. " ucap ayahku menyodorkan uang 3 lembar uang 5.000-an. Aku terdiam sejenak memikirkan apa uang ini haram atau tidak.

"Nggak usah di liatin, bukan uang haram kok. Itu uang dari nenekmu, katanya suruh kasih ke kamu. Oh iya, uang dari nenekmu sebenarnya 150.000 tapi udah ku habiskan sebagian untuk beli makanan kemarin." jelas ayahku jujur.

"Oy yah? Nenek dari sini? Kenapa nggak bilang?" tanyaku tampak bahagia, meskipun sisa uangnya sudah di pakai oleh ayah.

"Orang kamu kerja, aku tidak mau jika nenekmu tau kalau kamu kerja. Makanya aku bilang saja kamu main ke rumah teman." jelas ayah dengan santainya.

"Padahal aku mau banget ketemu sama nenek." ucapku cemberut.

Mayang (Ibuku) P.O.V.>

Flashback On

Jam 13.27 Aku dan suamiku sedang nonton televisi, tiba-tiba saja suara ketukan pintu membuatku terkejud spontan aku terkesiap berdiri.

"Bu' coba cek, siapa di luar!" pinta suamiku.

"Iya," ucapku.

Aku tidak langsung membukanya melainkan mengecek terlebih dahulu siapa yang datang, ternyata dia adalah Ibu mertuaku. Aku tidak suka jika ia datang, pasti selalu saja mencari cucu kesayangannya itu. Dan pastinya ia akan berceramah lagi.

Aku kemudian kembali ke depan televisi dan memberitahu suamiku kalau yang mengetok pintu adalah ibuku.

Aku segera memegang sapu dan berpura-pura menyapu rumah, kemudian suamiku yang berpura-pura menjemur di belakang, itupun hanya pakaiannya saja.

"Kenapa lama skali ada yang membukanya?" tanya ibuku yang sudah lama mengetok pintu. Ibuku segera membuka pintunya.

"Loh! Nggak kekunci kok," ucapnya dengan sendirinya.

Ibuku segera masuk ke dalam dan melihatku yang sedang menyapu.

"Mayang!  Kirain kamu nggak ada dari tadi aku ngetok pintu gak dibuka-buka, dimana cucuku?" tanya ibuku yang sudah duduk di kursi.

"Ehh ibu, nggak bilang kalo mau datang?" tanya balikku tak menjawab pertanyaan Ibuku.

"Iya sengaja kok, kamu sih berapa kali ibu ngetok pintu tapi nggak dibuka-buka," jawab ibuku.

ALMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang