"People beautiful-nya Ipa 11 datang !" Suara menggelegar khas Alura memenuhi sepanjang aula 11 Ipa, bersaing dan mendominasikan dengan suara hiruk piruk dari anak-anak lain.
Bukannya mengalah, dengan minggir atau menyelipkan diri dari arus anak-anak yang lagi deras-derasnya keluar -menuju kantin-Alura malah menampar pelan lengan dua cowok di depannya dengan punggung jarinya, memisahkan kedua cowok yang jalan beriringan menghalangi jalannya. Tentu saja membuat ruang jalan sendiri. "Minggir dong, The world's miss beautiful lewat nih." Katanya sambil tercengir.
Coba, siapa yang berani memprotes tingkah seenaknya jika ia saja bermain curang, dengan menampilkan kesan keimutan dalam cengirannya.
"Oi, lo !" sentaknya pada seorang cowok yang bersandar persisi di pintu ruangan Ipa 1.
Cowok yang tidak dikenal Alura itu, lantas mengalihkan pandangan dari ponselnya. Menatap Alura dengan tajam dan tidak suka. Alura mempautkan mulutnya, menciptakan cengiran takut. Setahan bantingnya Alura, sebenarnya cewek itu gampang ciut nyali ketika ditatap tajam yang menyiratkan ketidak sukaan.
"Sori bro, gak maksud gua. Yang sentakin elo sebenarnya hantu centil yang ngerasukin gua, rada kumat dia kalau lihat cogan," katanya sedikit lirih setelah berhadapan pada cowok itu. "Ah, lo sih. Cari korban kok sejenis singa." Alura memukul pelan pahanya sendiri.
Merasa terus ditatap tajam, Alura kikuk sendiri. Ia menggaruk lehernya sambil berhaha-hehe tidak jelas. "Gua nerobos yah." Alura menepuk lengan cowok itu dua kali, tanda pamitan canggungnya. Setelahnya ia melongos masuk.
Ipa satu kehilangan penghuni. Memang rada aneh jika aula kelas 11 tetap ramai saat istirahat tiba. Butuh sedikit refresing lah setelah duduk tiga jam-an mendengarkan ocehan guru. Sedikit untung, kalau gurunya cakep.
Ayolah, mereka memang bukannya sedang berada pada tahap butuh asupan makanan yang cukup kan ? iyalah ! masa-masa peralihan kok ini. Setidaknya butuh banyak energi buat dikuras lagi sebelum bersanding dengan tumpukan tugas mengalahkan himalaya. Oke ! sedikit berlebihan.
Lagian, faktor pendorong terbesar siswa tidak nangkring di kantin kan karena malu, yah jaim-jaim lah. Sedangkan masa mereka kan, adalah masa yang sudah tidak kenal jaim-jaim kucing. Kesimpulan, tempat peminat terbesar tentu saja kantin-kurang lebih. Selebihnya nguras keringat, tentu saja!
Alura menerawang, memutar bola mata mencari orang yang dari tadi tidak terlihat di mana-mana. Dan tentunya itu alasan cewek itu menerobos masuk ke sini.
Tatapannya jatuh pada seonggokan kepala yang nongol dari deretan bangku paling ujung bagian kiri. Alura lantas menghampiri pemilik kepala itu yang tentu saja tujuannya sedari tadi, Arvon. Ia jongkok dan mensejajarkan mukanya dengan muka Arvon yang memejamkan mata, menyumbat telinganya dengan handset nirkabel.
Tangannya terjulur hendak mencabut satu hendset di telingan cowok itu. Tapi tertahan, dengan tangan cowok itu yang menangkap tangannya duluan.
Pandangannya jatuh pada mata Arvon yang masih memejam. Arvon tidur kah ?
Cowok itu sedikit mendesis. "Rega sialan. Buat apa dia jaga pintu kalau biarin orang masuk," katanya ayal dengan mata masih terpejam. Harus Alura akui jika Arvon punya kelebihan over peka situasi bahkan saat telingannya tersumbat hendset.
Oh yeah. Fungsi cowok yang menyandar di pintu tadi adalah ngejaga pintu yah. Ck, padahal cakep gitu. Mau saja di jadikan penjaga pintu, lagian emang pintunya salah apa sih, sampai dijagain gitu, toh gak bakal kemana-mana kali.
"Oi, Arvon !!"
Arvon melepas kasar tangan Alura tanpa bangkit dari tidurannya. Sebenarnya, sudah ia duga. Siapa lagi yang sibuk-sibuk buang-buang waktu menghampirinya di saat istirahat kalau bukan cewek kehilangan akal itu. Dan siapa lagi kalau bukan cewek itu yang bisa lolos dari scening Rega yang ia tempatkan di pintu sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Teen Fiction(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...