-40

3 1 0
                                    

Depaka diserang!

600 kurang lebih pesan yang ada di room obloran grub VF, dan pesan itu adalah highlight utama. Arvon tidak memperhatikan pesan selanjutnya yang mungkin ia tebak adalah pesan meminta atau menawarkan bantuan, atau menebak Si Penyerangan dan untuk apa, atau mempertanyakan situasi dan keadaan.

Arvon mendelik marah. Matanya berkabut mencengkram handphonenya, berlari meninggalkan aula ini dan mengiraukan panggilan dari Pak Plankton.

Depaka diserang? Yang benar saja! Darah Arvon dalam tubuhnya mendidih seketika bagaikan gunung berapi aktif yang meletup-letup bersiap menumpahkan laharnya.

Satu orang yang benar-benar menyita pikirannya dan sebagai tersangka utama yang menjadikan darahnya mendidih, orang yang suaranya ia dengar samar pagi ini, memanggilnya lalu mengilang, Al.

Entah bagaimana keadaan cewek itu. Al tertunduk, duduk memeluk diri, gemetar ketakutan-mengingat ingatan tak mengenakkan itu, atau dengan bar-bar memajang diri menentang Si Penyerang Depaka.

"Shit!" Arvon menggeram mengumpat memukul keras stir mobilnya. Arvon lebih sangat mengharapkan jika Al sedang duduk memeluk diri dipojokan ruang kelasnya, sadis memang. Tapi ... Sungguh, Arvon lebih mengharapkan itu!

Olimpiade sialan! Kenapa juga dengan bodohnya ia menyanggupi mengikut sertakan diri dalam olimpiade ini! Oh! Arvon mengutuk dirinya habis-habisan, tersenyum sinis pada kebodohannya. Dirinya menerima ikut olimpiade itu untuk menghindari Al yang belakangan gencar-gencarnya menyadari aksinya menghindari cewek itu. Entah apa yang dipikirkannya seminggu yang lalu.

Sedikit Arvon mengafirmasikan diri. Teman-teman nya, anggota-anggota terbaik VF ada di Depaka. Depaka titik kumpul VF, tidak mungkin Al terluka walau dirinya tidak ada. VF ada bersama Al!

Dengan ugal-ugalan Arvon melintasi jalanan yang syukurnya tidak semacet biasanya. Seakan mobil yang dikendainya tidak memiliki rem, Arvon menjadikan mobil itu seakan terbang saja. Tujuannya hanya satu, Depaka ... Al ..

Memasuki gerbang Depaka, kesunyian yang Arvon tangkap. Senyap, kerusakan khas bekas pertikaian, pagar yang tadinya kokoh nyaris rusak satu sisi, kaca pecahan jendela berserakan, kayu balok ikut meramaikan, tanaman-tanaman nyaris rusak semua.

Tetap memarkirkan mobilnya di parkiran yang ada, Arvon berlarian memasuki Depaka. Dan yang disadarinya adalah, penyerangan itu gagal masuk ke dalam Depaka. Inti Depaka masih asri tanpa kerusakan, berbanding terbalik dengan keadaan di depan sana.

Arvon langsung saja berlari ke gedung area kelas sebelas, mendobrak pintu kelas Al dan menerobos masuk. "Al ... ?!"

Al tidak ada. Dan Arvon menggeram mengacak rambutnya frustasi. Ruang osis? Ya! Bisa saja. Deon adalah pacar Al bukan?

Kembali berbelok sebab ruang osis tidak segedung dengan gedung kelas sebelas, melainkan bersimpangan. Lagi-lagi Arvon membuka kasar pintu ruang itu. Tentu saja, Arvon menjadi sorotan seketika. Arvon yakin jika anak osis sedang melangsungkan rapat sekarang, dan menungkin dia mengganggu.

Menganggu? Persetan! Arvon tidak punya waktu untuk sekedar salting karena ditatap oleh anak osis yang nyaris memenuhi ruangan. Menelisisk setiap sudut, Arvon hanya mencari keberadaan Al, bukan yang lain.

"Kenapa Ar? " tanya cewek yang dari awal berdiri dan mungkin pemandu rapat.

Menghiraukan pertanyaan cewek itu, Arvon kembali menekisik ruangan untuk kedua kalinya. Al tidak tertangkap indranya, melainkan wajah anak osis yang sebagian besar lebam-lebam- mungkin kena hantam saat mencoba mempertahankan kericuhan tadi.

Al tidak ada di sini, dan kepala Arvon pening seketika. Tidak berpikir banyak dan mungkin saja karena sudah tidak bisa berpikir jerni, Arvon menerobos masuk, menghiraukan teriakan yang bersifat melarang, menerjang Deon yang berada di sudut ruangan.

Unfriend • CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang