Al menarik paksa tangan Arvon dan menyeretnya hingga gerbang Depaka. Tepat di depan pagar, Arvon berhenti, tidak lagi mengikuti tarikan cewek itu.
Al lantas terdiam dengan wajah bingung. Tambah bingung lagi saat Arvon melepaskan cekalan tangan Al pada tangannya.
"Gua gak bisa bareng,"
Al menghilangkan kebingungannya, kembali menggenggam tangan Arvon yang sudah dilepas cowok itu.
"Gak usah nolak. Hari ini uang lo gak bakal berkurang, gua pegang uang kok. Lagian, gua emang niatnya mau teraktir lo, lo kan udah jadian sama Amelin, harus dirayakan dong."
Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya.
"Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan menekan 'pacar gua' di kalimatnya itu. Apa Arvon berusaha membangun dinding diantaranya sekarang? Karena sudah punya pacar?
Al mengangguk mengangkat kedua tangannya tanpa menghilangkan senyum nya itu. "Oke, sori-sori. Mulai sekarang gua gak bakal pegang lo sembarangan lagi. Tapi gak pa-pa kan kalau gua neraktir lo?"
Arvon tersenyum sinis. "Gua udah punya pacar. Sekarang waktu pulang sekolah, harusnya gua jalan sama pacar gua kan alih-alih jalan bareng lo?"
Al terdiam, senyum lebarnya yang sangat awet dari tadi luntur seketika. Merasa asing dengan sikap Arvon.
Al memegang lehernya tertawa canggung. "Iya juga yah ... Eum, jadi hari ini lo ... Gak bisa yah makan bareng gua?"
Arvon mengangkat bahunya sekilas.
"O-Oh yaudah, lain kali aja." Al cengesan. Apa yang dia harapkan sebenarnya? Hell! Yang dikatakan cowok itu benar. Arvon sudah punya pacar. Membangun jarak antara dirinya itu sangat wajar. Arvon tentunya harus menjaga perasaan pacarnya kan?
"Gua cabut." Tanpa menunggu jawaban Al, Arvon berbalik dan kembali ke dalam sana, meninggalkan Al berdiri di pinggir jalan, nyaris.
"Ketemu di Basecamp tapi yah ...!" Al tidak menjamin jika Arvon mendengar teriakannya. Selain karena arus jalan masuk Depaka dipenuhi siswa-siswi yang hendak pulang, juga posisi Arvon tidak bisa dibilang dekat. Cowok itu sudah menjauh, darinya.
Al menunduk saat punggung tegap Arvon sudah tidak terlihat. Memperhatikan gerakan ujung kakinya membuat tulisan abstrak di tanah sana.
"Iya. Arvon udah gak jomblo sekarang, dan gua yang ngedorongnya kan ..."
Al menggigit bibir bawahnya. "Arvon kelihatan perhatian banget sama pacarnya. Eh, wajar sih.. Gua aja dulunya yang cuma temennya diperhatiin banget."
Al memukul kepalanya sendiri. "Iya! Ini udah bener! Arvon harus ngejaga batasan sama cewek lain, nanti pacarnya salah paham.."
Setelahnya Al terdiam dan terus menggerak-gerakkan kakinya, menghiraukan arus manusia yang semakin menyurut.
Al terperanjat, seseorang menyentak lengannya dan mencekal sekalian.
"Suruh siapa pake ngedorong-dorong Ar pacaran. Mampus, gak punya tukang ojek lagi kan lo," Efki, orang yang menyentak lengannya adalah Efki.
"Gak usah mulai lo, gua gak fit nih, belum makan nasi.."
Alis Efki terangkat sebelah. "Kok bisa?"
"Bisa lah ..."
Al berdecak ketika tidak ada tanggapan dari Efki. "Lepasin tangan lo, kalau lo udah gak ada urusan sama gua, dan gak berniat ngajak gua pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Dla nastolatków(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...