Alura mengayung-ayungkan kedua kakinya yang menjuntai itu. Cewek berseragam Depaka dengan memangku tas ransel itu sedang duduk cantik, di halte persimpangan dekat apartemennya. Sedikit gelisah, tapi hamming yang ia lakukan dari tadi tidak memperlihatkan kegelisahan pada tingkahnya.. Sesekali ia membalikkan ponsel yang ia letakkan di sebelahnya, untuk melihat jam.
Sejujurnya itu sudah jam 08.45, sedangkan Depaka mulai tutup pagar sejak jam 07.15. Artinya, ia terlambat total!
"Erika udah sampai di sekolah gak yah? Udah pasti. Gila-gila malah mikirin Erika, Erikan udah ada Seno yang mikirin. Lo aja tuh gak ada yang mikirin. Eh? Emang iya gak ada yang mikirin gua? Ih sorry to say tapi Al punya Bropa yang selalu mikirin gua yah, Jiaa. Ah, Al bodoh deh! Ganti topic pikiran Al. O-Oh, entar makan apa yah enaknya? Mie rebus pake telor? Itu terus deh perasaan.. Tapi kan enak, itu aja kali yah?"
Memang Alura adalah tipe yang bodoh amat sih, pada dasarnya. Dibanding ngacir untuk segerah memesan driver online. Atau gak ngacir ke tukang ojek yang nangkring di persimpangan pasar.
Lebih cepatnya taxi yang langsung ditemukan saat mulai keluar dari arena apartemennya yang memang sedikit privat. Dan senggaknya memotong hukuman dari Pak Guna yang sudah setia menunggunya di sekolah dengan semangat perjuangan 98, sebab durasi terlambatnya yang sedikit terpotong. Ia malah berpikir soal menu makan istirahat, sedangkan ia sendiri belum sampai ke sekolah.
Tapi apa yang ditunggu sebenarnya? Arvon. Yep! Cowok itu yang memang sedang ia tunggu-tunggu. Salahkan motor butut yang sedang mengaktifkan mode bututnya, dan selalu dipertahankan dan menjadi kebanggan cowok itu. Jadilah Arvon telat menjemput Alura. Ingatkan Alura untuk menyisahkan sedikit waktu melelang motor rongsokan itu, saat berkunjung ke kediaman Arvon. Tapi adakah yang ingin beli?
Sebenarnya, Arvon sudah menyarankan Alura untuk mengendarai kendaraan umum saja, ia juga bahkan menawarkan agar Alura nebeng pada Seno dan kawan-kawan yang masih setia nebeng pada cowok itu, atau ikut pada teman Arvon yang akan ia minta untuk menjemput Alura agar tidak telat.
Dasarnya Alura saja yang rese, tetap bersikeras untuk ke sekolah bersama Arvon saja. "Gua kan hari-harinya bareng elo, ya kali hari ini gua ninggalin elo. Biar dari Deka gua bertitle teman yang nyusahin teman. Jangan sampai gua punya tambahan title ninggalin teman pas lagi susah. Udah jangan provokasi gua! Gua bareng elo! Titik! Lagian seru loh dihukum bareng cewek secantik dan gumushiin kayak gua. Kapan lagi coba?" katanya saat Arvon mengatainya keras kepala.
Alura segera menggendong ranselnya ketika melihat Arvon berjalan mendekatinya.
"Si-Buntul ngambek yah?" Tanya Alura yang hanya diangguki oleh Arvon. Siapa Si-Buntul? Tentu saja nama melegenda untuk motor buntut kesayangan Arvon lah.
"Kita ke sekolahnya naik apa kalau gitu?"
"Bus. Ayo," ajak Arvon menyampirkan tangannya ke pundak Alura dan mulai berjalan.
"Gak naik taxi aja? Biar cepet gitu. Dengar-dengar jam segini bus ke jalur Depaka udah pergi semua. Lebih-lebih bus sekolah, udah masuk kandang."
"Gua lupa bawa duit, tapi ada card."
"Gua kan ada."
"Lo ada, duit lo yang gak ada," tandas Arvon sambil menarik rambut Alura singkat.
Alura meringis dan tersenyum menyadari itu. Dirinya memang sedang tidak punya uang sekarang, lupa minta! Mari lupakan dan ikut pada Arvon saja.
Karena tangan Arvon masih bertengger kokoh merangkul bahunya, dan berhubung Arvon adalah perwujudan menara efell hingga Alura tidak bisa untuk balas merangkul bahu cowok itu balik. Oleh karena itu biar seimbang, Alura ikut-ikutan meneggerkan tangannya pada pinggang Arvon. Perpaduan yang sempurna!
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Teen Fiction(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...