Al berlarian menelusuri korido-korido kosong walau sedikit pincang dan terlihat kesusahan. Sesekali dia melirik jam di handphonenya dengan mimik raut wajah campur aduk. Berbinar-binar, kesal, ingin menangis, bahagia, takut kecewa, memenuhi mukanya, entah apa yang paling dominan.
Depaka benar-benar senyap. Korido-korido kosong ini hanya memantulkan suara kaki Al. Jam Depaka memang sudah bubar dari 3 jam yang lalu, bersamaan dengan pengumuman liburan semister yang berlangsung mulai besok.
Meskipun begitu, Depaka memang selalu terbuka, walaupun liburan telah tiba. Asal membawa idcard sebagai bagian Depaka, fasilitas Depaka akan selalu bisa diakses, karena idcard itu yang menjadi kunci tentu saja.
Benar saja, beberapa ruang extrakulikuler terlihat terbuka dan berpenghuni. Di waktu biasa, Al mungkin akan mengetuk satu-satu ruang itu untuk sekedar heboh-hebohan, namun kali ini tidak.
Al membuka pintu indoor basket Depaka. Segera matanya berkeliaran menatap seluruh penjuru tempat ini dengan nafas ngos-ngosan.
"Arvon ..!" teriaknya sambil terus berjalan setelah tidak mendapatkan tanda-tanda kehidupan di sini.
Tidak ada yang menjawab tentu saja. Basicly, Al memang tipe optimis, sih. Bukannya berbalik, ia malah tetap berjalan ke ujung indoor yang merupakan ruang ganti pengguna indoor.
"Ar ..?" katanya lagi saat membuka pintu itu.
Belum juga puas, Al memasuki ruangan yang berisi beberapa baris loker yang tampak tinggi. Rapi.
Al kembali celingak-celinguk tidak mendapatkan seorang pun. Namun indra pendengarnya tentu dapat ia pastikan tidak rusak saat mendengar gemercik air dari dalam WC sana.
Dengan tersenyum lebar dan semangat, Al meraih pintu WC, bersiap membukanya. Guess! Pastinya terkunci! Yakali terbuka, gak waras kali yang gunain.
Cewek itu sedikit mendengus dan menggedor-gedor pintu dari luar. "Ar ..?"
"Woi! Selow dong! Ngantri napa?!" teriak seorang dari dalam. Al murung seketika, sadar betul, pemilik teriakan itu bukan Arvon.
Namun Al memilih mendudukkan diri pada kursi panjang yang sengaja diletakkan di pojok kanan ruangan ini.
5 menit menunggu dan hanya bengong menatap pintu hitam WC sana, Al terlihat tersenyum lebar saat pintu itu akhirnya terbuka dan menampilkan salah satu member Tim Basket Depaka yang paling dikagum-kagumi oleh Al, Elga, bertopless hanya menggunakan bawahan jeans hitam selutut sibuk mengeringkan rambutnya yang basa.
"Uuu... Tebar pesona lo yah?" kata Al bermaksud menggoda.
Elga yang terperanjat dengan suara Al dan keberadaan Al. "Napa lo di sini?!" teriaknya nyaring.
"Yang intinya bukan buat apelin lo."
"Gua bersyukur untuk itu," kata Elga berjalan santai dan membuka loker miliknya, mengeluarkan hanger lalu melemparkannya pada Al yang tengah cemberut bersama dengan handuknya yang sedikit basah.
Walau dongkol, Al dengan sigap menangkap dua benda yang dilemparkan padanya beserta maksud dari lemparan itu.
"El, lo jomblo kan?" tanya Al mulai menyampirkan handuk Elga pada hanger.
Elga yang sibuk mengobrak-abrik isi lokernya terdiam sejenak, berbalik memperhatikan Al. Tujuan cewek itu ke sini bukan untuk sensus penduduk kan?
"Yang jelas gua gak mau pacaran sama lo." ujar Elga dan berbalik.
"Kenapa?!" sentak Al.
"Lo ke sini bukan cuman buat cari tahu status gua kan?"
Al tertawa kecil. "Sekalian kan. Gua penasaran sih, Tim Basket kok rada jomblo semua? Tanvan-tanvan padahal.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Fiksi Remaja(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...