"Jujur deh, ini sebenarnya kalian tuh pasien rumah sakit jiwa yang kabur itu 'kan? yang di beritakan pagi tadi?" tanya Erika menengahi. Matanya memincing, menyelidiki para cowok-cowok yang dari tadi bicara ngawur.
"Wah Ga, Gama! lo denger barusan? pasien rumah sakit jiwa bilang pasien rumah sakit jiwa. Denger gak sih? sampai merinding gini gua." Tanya Efki sambil menarik Gama begitu saja hingga mepet di sebelahnya dengan antusia dan kaget yang di campur aduk, melebihi es campur yang bikin segar itu.
Jadinya malah over, alih-alih bikin segar dan mengembalikan sisi sejuk malah bikin kepayang. Erika saja cemberut kecut di buatnya.
Alura jangan di tanya, dia sudah tertawa terpingkal-pingkal, hingga berbaring saking tak bisanya menjaga keseimbangan.
Lucu saja melihat Erika yang terjebak di perangkat sendiri, niatnya membully malah di bully.
"Eh, iya. Gila gua juga denger! gua juga merinding!" lontar Gama sambil menggosok lengannya, guna menghangatkan anggota badannya yang di bilang merinding tadi.
Erika menyalak kesal. Matanya menajam bagaikan singa yang mengawasi mangsanya.
Walau sejujurnya tidak terlihat seperti itu. Erika punya daya tarik tinggi di caranya memandang. Lirikan tajamnya malah merupakan tingkat tertinggi dari eleganisasi dalam dirinya.
Artinya, makin kuat ia menajamkan pandangannya, makin tinggi pula daya tarik auranya. Alih-alih membuat takut jatuhnya malah terpesona. Dan itu sungguh... Menggemaskan!
"Udah Al, telpon petugas rumah sakit jiwa yang ke kaburan pasien itu. Mereka semua gila! ayo Al keburu kabur lagi mereka." Perintahnya penuh penekanan, hingga badannya pun ia luruskan menghadap Alura yang kikuk sendiri, sembari merogoh ponsel.
"Ini gua lapornya berapa orang? enam? atau satu? di gabung aja kali ya? jadinya tujuh." Tanya Alura sambil menunjuk-nunjuk ke arah mereka, menghitung, dan mengelompokkan mereka.
"Kok gua juga kena? yang gila itu mereka Al! masa sirop rasa leci di kira air mineral yang ada manis-manisnya gitu! mana segala pake riset lagi!" kesal Erika dengan emosi tak terbaca, campur aduk.
"Lah, ini sirop leci? seriusan?" kaget Efki tak menyangka. Cowok itu meraih gelas bekas Erika yang masih bisa di bilang belum terkurangi lalu menegaknya habis.
Toh Erika hanya mengesap sedikit saja sebagai wujud penghormatan tuan rumah yang repot-repot telah membuatkan minuman, walau faktor tersembunyinya sengaja dia simpan untuk pembersih tenggorokan sehabis mencomoti kudapan.
Tapi sepertinya kandas lah niat menjadikan minuman yang sengaja ia simpan-simpan sebagai pembersih tenggorokan.
"Eh iya, bener Bro! sirop ini, sirop! alah riset lo salah Ga." Heboh Efki seraya menunjukkan gelas kosong yang di pegangnya.
Gama malah terlihat begitu kaget dengan kenyataan yang di hebohkan Vito. "Reputasiku tercemari! baru kali ini riset gua meleset. Ah." Keluh Gama sambil menyandarkan kepalanya di bahu Efki.
Efki yang dijadikan sandaran malah mendramatiskan keadaan dengan menepuk-nepuk pelan bahu Gama menenangkan.
"Reputasi-reputasi! Gama gila, Efki bego, Niko garing, Deka muakin, Seno nyeselin, Al laknat!" sembur Erika rata. Semuanya kena. Tapi malah beranjak, berpindah tempat duduk di depan Seno sambil menyandarkan diri di dada cowok itu.
"Sen, Efki bego. Minuman gua di habisin masa, mentang-mentang punyanya habis duluan!" aduhnya kepada Seno. Malah mengundang tawa dari mereka semua.
Tidak ada yang lucu memang. Tapi jika Erika sudah mengaduh pada sang kekasih artinya Erika sudah kalah telak dan lelah berlemparan bulliyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Teen Fiction(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...