Al mendengus kesal. Arvon menyodorkan segumpal penuh rollcake di depan Al yang sedang menyantap makanannya di ruang BK. Thanks to Pak Guna yang tetap mengizinkan Al untuk tetap ngungsi walau tadi pagi dirinya lagi-lagi telat dan dihukum.
Parahnya, bukannya beranjak pergi karena keberadaan tetap dicuekin Al, Arvon malah menarik kursi kebesaran Pak Guna dan duduk di sana memperhatikan Al dengan makannya.
Well, Al diam-diam mengucapkan good bye kepada kedamaian nya yang tidak damai-damai amat. Rupanya memang Arvon hanya menghargai perasaan Al dengan tidak mendekatinya secara blak-blakan, walau tetap gencar mengucapkan maaf dan tidak terkesan memaksa.
Arvon hanya memberikan Al kesempatan untuk menata segala perasaannya. Arvon menurut untuk tidak melakukan apa pun yang Al pintah. Al menghindarinya, Arvon menghargai. Al tidak mau bersitatap dengannya, Arvon sebisa mungkin tidak memaksa masuk ke zona yang dibangun Al besar-besaran melainkan duduk menunggu di pintu jika Al kalau-kalau akhirnya luluh.
See, Arvon hanya memberikan Al waktu, dan sekarang is over.
"Pelan-pelan Al. Gua gak rebut makanan lo kok," Arvon tersenyum manis menatap Al dengan gemes perkara Al yang tergesah-gesah melahap makanannya.
Al gerogi? Hell!
Tiba-tiba Al sangat mendamba kehadiran Pak Guna. Si Bapak kemana sih ...
"Lo gak berubah," kekeh Arvon. "Apa yang lo rasain ke gua juga gak berubah."
Al mendongkak tentu saja menelisik jauh ke dalam bola mata Arvon yang jernih dan memikat mencari rasa apa yang sebenarnya Al rasakan untuk Arvon, rasa stobery? dan yang didapatkannya jauh dari apa yang ia sangkah.
Al bersumpah medapati mata cantik itu sedang terluka dan bahagia bersamaan. Arvon kenapa?
Menghiraukan tanya yang menyerbu otaknya, Al berpaling melahap makannya yang terasa sangat susah dan keras untuk ditelan. Al tidak suka dengan semua tingkah Arvon dan segala yang diucapkan oleh Arvon belakangan.
Ngeri? Ya dan tidak. Persisnya, Al hanya takut jika akhirnya hatinya ikut-ikutan berkhianat memberikan maaf untuk teman-temannya yang jelas menipunya. Overthinking ikut serta membuat debaran dan gelyaran tidak mengenakkan di dadanya, membuat Al benar-benar ingin pergi dari situ. Tidak kuat dengan Arvon dan mulutnya itu.
"Lo grogi, Al?"
"Buat apa?" sentak Al tanpa sadar Ikut-ikutan melihat Si Pemilik Ocehan tadi. Mata mereka bertemu, dan akhirnya Al yang pertama memutuskan kontak.
Arvon tertawa kecil. Al menggemaskan, sungguh.
"Gak usah hirauin gua. Makan aja, I'm okey kok."
"Gua yang gak okey, bego. Gimana caranya makan lahap kalau mata lo udah mau keluar ngeliat gua," gumam Al lirih membuat Arvon harus menunduk-nunduk mendekatkan kepalanya agar mendengar ucapan Al.
"Kenapa-kenapa? say something, don't U?"
Melihat Arvon tepat di depan mukanya, Al menahan nafas menjauhkan mukanya dari muka Arvon dan menggeleng keras.
"Makan Al, gak usah melamun."
Dengan kakuh Al mengangguk dan kembali fakus pada makanannya.
Al berjalan menenteng totebag berisi tempat bekalnya yang sudah kosong ditambah sekantong penuh rollcake pemberian Arvon. Al cinta makan, dan Al tentu tidak bodoh dengan sok membuang rollcake itu karena Arvon yang memberikan bukan.
Arvon masih mengikutinya. Cowok itu sepertinya menerapkan social distancing dengan berjalan semeter di belakangnya. Al bergedik, merasa tak ada yang perlu dipikirkan. Rasa-rasanya, sekarang Al sudah tidak muak dengan tingkah temannya yang berusaha diberi maaf olehnya. Al terbiasa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Novela Juvenil(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...