Yok yok yok, 2 chapter lagi nih sebelum pisah sama Ar dan Al
Wouuuu, gak sabarnyaaa!
⬛️⬛️⬛️
"Gua suka sama Arvon, gua cinta."
Sudah, Arvon tidak bisa memastikan bahwa dirinya mendengar dengan cermat kata Al setelahnya. Yang ia pastikan, selama dirinya berlari sepanjang jalan lariannya, orang-orang mengumpatinya tanpa lelah.
Persetan! Yang dia pikir hanya bagaimana cara menghampiri CBoX yang sialnya jauh dari tempatnya berpijak.
Saking excitednya, dia bahkan sempat-sempatnya tersenyum seperti orang gila dan berpikir untuk mengulang waktu dan mencari guru untuk belajar ilmu telepotasi yang sangat diperlukan sekarang ini.
Al menyukainya! Wih!
"Well, thank-"
Braaak
Lagi-lagi, persetan dengan pintu CBoX yang kira-kira lecet sedikit, atau penghuni CBoX yang kini menatapnya seakan hendak memakannya bulat-bulat. Persetan.
Dia hanya tertarik dengan Al yang menatapnya dengan kaget. Tambah kaget ketika dirinya menerjang cewek itu, meraupkan tubuhnya, melilitkan tangannya di pinggang Al, melulu hampakan badan Al dalam peluknya. Mendekap dengan erat dengan nafas yang terputus-putus sebab meraup oksigen dengan tamak.
"Lo," Arvon tercekat. "Lo milik gua sekarang," bisik Arvon rendah.
Masih dengan ngos-ngosan dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya, Arvon malah tersenyum manis, bahkan matanya tampak tertutup saking lebarnya senyumannya. Gak ada yang lebih membahagiakan selain mendengar dan merasakan jantung Al yang ikutan berpacuh bersama dengan jantungnya sendiri.
Al berdebar atas klaimnya. Arvon tak kalah berdebar. Tapi Arvon suka. Sekilas Arvon menyematkan kecupan singkat pada ubun-ubun Al, ketika salah satu tangannya memegang leher belakang Al. Tidak sekali. Beberapa kali.
Arvon memegang bahu Al ketika melepaskan pelukannya. Menjauhkan Al dari tubuhnya yang kini siap menangis. Arvon tersenyum lebar.
"Lo milik gua sekarang, lo milik gua"
Al terisak. "I-Iya! Lo juga milik gua! Gak boleh jadi milik orang lain pokoknya! Cuman milik Al! maafin gua, maafin,"
Kembali Arvon meraup tubuh Al dan mengurungnya dalam depakan hangat dan erat. Pokoknya dirinya tidak akan pernah melepaskan depakan ini lagi! Tidak akan pernah!
"Ar, maafin gua," cicit Al disela tangisnya.
Bukan merasa khawatir Arvon malah merasa digelitik. Gila! Al bukan main gumushnya! Arvon terbahak seketika. Sialnya, Al juga mengeraskan tangisannya.
Walau masih tertawa, Arvon tetap menepuk-nepuk kepala Al untuk menenangkan. Arvon tidak kepikiran untuk menyuruh Alnya untuk berhenti, karena ia tahu pasti, makna tangis Al kali ini adalah kelegaan, kegembiraan, dan eh wait, Alnya?
Arvon melepaskan pelukannya. Jelas sekali Al terlihat kecewa sekarang, namun perilaku Arvon setelahnya membuat Al langsung terhempas ke langit.
Arvon menggenggam tangannya erat, menyeretnya ke belakang tubuh cowok itu. Arvon beralih ke Febin yang menatap mereka cango dan menyentak paksa karet rambut yang memang mengikat rambut ikal cewek itu.
Well, Febin sejak tadi memang berada di sana. Duduk di sebelah Al. Menyaksikan drama itu, live dengan sedikit iri dan mencak-mencak dan berhalu. Niko kapan peka sih!
Tambah mencak-mencak ketika rambut diatas pinggangnya terurai begitu saja dan pelakunya adalah Arvon.
"Heh! Gak puas apa nyiksa gua dengan drama kalian dan efeknya yang mungkin gua yang bakal dihukum setelah ini sampai lo juga harus ngorbanin ikat rambut gua?! Hah!" Febin berdiri dan berkacak pinggang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unfriend • Completed
Teen Fiction(Teenagers • Fiction • Romance) Lagi-lagi Arvon melepaskan cekalan Al dari tangannya. "Gua sekarang udah punya pacar, artinya, lo udah gak boleh nyentuh gua sembarangan, pacar gua marah lagi kalau sampai ngeliat." Al bersumpah bahwa Arvon seakan men...