[𝟘𝟞]📍

838 76 5
                                    



JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAK!

♻️ R E V I S I  ♻️

***

"Lo?"

Lelaki di atasnya tersenyum tipis, lalu menyingkirkan beberapa helai rambut Arin yang menghalangi wajah nya. Dia slip kan di belakang telinga Arin.

"Hai, kita ketemu lagi."

Menyadari akan kerumunan orang, Arin langsung mendorong tubuh lelaki itu, dan bangkit dari lantai. Dirinya merapikan pakaian yang dirasa kotor akibat terjatuh.

"Ada apa ini ribut-ribut?"

Buk Lee na muncul dengan kaca mata kotak berbingkai tebal. Dia membelah kerumunan sembari menatap bergantian wajah Arin dan wajah pemuda itu.

***

Denting jam terus berjalan. Jarum waktu menunjukkan pukul 09.45, disaat seperti ini semua karyawan sedang sibuk bekerja. Mengurus beberapa berkas yang belum siap, beda halnya dengan Seokjin yang malah mondar-mandir di depan ruangan Jisoo. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin lelaki itu bicarakan kepada Jisoo, namun ada sedikit rasa ragu untuk menyampaikan nya.

"Kira-kira kalo gue ngomong, gue bakal di gebuk gak ya?" Pikir Seokjin.

"Bodo amat lah, entar gue pukul balik aja dah."

Lelaki itu hendak masuk ke dalam bilik ruangan Jisoo. Tapi wanita itu lebih dulu keluar, dan membuat mereka hampir bertabrakan.

"Ngapain kamu di depan ruangan saya? Mau maling?"

Tak menghiraukan perkataan Jisoo. Kepala Seokjin malah menoleh kesana kemari dia kemudian menarik tangan Jisoo mengajak wanita itu pergi dari sana. Beberapa kali Jisoo membrontak minta dilepaskan, namun sama sekali tidak di indahkan oleh Seokjin.

"Apaan sih ini, lepasin woi!!"

Sampai ditempat sepi dan jauh lebih aman, Seokjin melepaskan pegangan nya lantas mendorong tubuh Jisoo hingga membentur dinding.

"Lepasin Seokjin. Saya masih ada kerjaan di kantor, kamu ngapain narik-narik ke sini?! Kerjaan saya tuh masih banyak. Bukan cuma ngurusin kamu yang suka bikin masalah!" Jisoo mengomel panjang lebar, dan hal itu malah membuat telinga Seokjin panas.

Lelaki itu bergerak cepat, mengurung kedua tangan Jisoo hingga tubuh wanita itu semakin menempel ke dinding, dan mengikis jarak diantara mereka.

"Kamu─"

"Berisik!"

Pandangan mata Seokjin berubah tajam. Dengan posisi tubuh yang semakin memojokkan Jisoo.

"Sumpel pakek bibir, nih!"

Sejenak Jisoo diam tak berkedip, sebelum akhirnya menginjak kaki Seokjin hingga lelaki itu berteriak kesakitan.

Meski terhalang oleh sepatu nya, tetap saja Seokjin masih bisa merasakan sakit akibat dari ujung sepatu heels Jisoo. Rasanya nyut-nyutan, dan ingin berteriak kencang tetapi malu.

"Huh! Rasain tuh. Macem-macem sama saya lagi, gantian burung kamu yang bakal saya tendang." Ancam Jisoo, matanya melotot garang ke arah Seokjin. Dia lantas pergi dari sana meninggalkan Seokjin dengan sakit di kakinya.

My secretary KIM JISOO [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang