Part 11

1K 156 20
                                    

Happy Reading
...

Saat ini Dilan ingin sekali menyumpal telinganya dengan headseat, dikarenakan omelan Biru yang rasa-rasanya lebih kejam dari Ibu tiri, omelan Biru lancar seperti jalan tol tidak ada macet-macetnya.

Permasalahannya hanya karena wanita bernama Lea, yang dikenalkan oleh Dilan tempo hari.

Sama dengan Dilan, Rubi dan sahabat-sahabat Biru yang lain juga merasakan hal yang sama.

"Mas, mau minum dulu gak?"tanya Rubi tiba-tiba.

Dilan dan yang lainnya menatap prihatin terhadap Rubi, bisa-bisanya di saat Biru masih mengomel Rubi berani bertanya hal seperti itu, defenisi cari mati yang sesungguhnya.

"Kenapa? Lu cape denger gue ngomel, gak suka! Kalau gak suka keluar sana, kalau perlu gak usah balik lagi!"Tepat sesuai perkiraan, mulut tajam Biru pasti akan memberikan jawaban yang kejam.

"Maksudnya gimana ya Mas?"

Biru memicingkan matanya, dia sepertinya marah kepada orang yang salah.

"IQ lu berapa sih! Masa gitu aja gak ngerti!"

"Berapa ya Mas?"Rubi malah balik bertanya.

Dilan dan Budi menutup mulut mereka, menahan ledakan tawa yang susah-susah mereka tahan. Setelah adanya Rubi, Biru resmi mendapatkan lawan yang seimbang untuk adu mulut.

"Ya mana gue tau! Otak-otak lu masa nanya gue!"Biru semakin kesal.

"Ya Rubi juga gak tau, lain kali pertanyaannya yang gampang dikitlah Mas."

"Bodo amat anjir!"Biru menggeram.

"Mau gue kenalin sama temen gue gak?"tanya Budi mengalihkan pembicaraan.

"Enggak makasih! Dilan aja ngenalin cewe model begitu apalagi lu, makin gak percaya gue!"

"Ye, kurang ajar emang ini anak!"respon Budi.

"Lu gak ada yang bisa dikenalin sama gue apa Lang? Gue yakin lu satu tingkat lebih dapat dipercaya daripada mereka berdua nih."

"Kalau ada, mending buat gue dulu lah,"respon Langit cuek.

"Lah iya bener juga."Budi dan Dilan mengacungkan jempol mereka bangga.

Rey, Manager Biru memasuki ruangan sepertinya dia datang membawa kabar baik.

"Gue udah ada calon yang mau dikenin sama lu Ru, udah gue atur waktunya, besok jam makan siang kalian bisa ketemu."

"Beneran Rey?"tanya Biru ragu.

"Iya beneran, semoga kali ini cocok."

"Yaudah, gue percayain sama lu ya. Awas aja kalau aneh-aneh lagi"

"Iya iya, ketemu aja dulu. Kalau gak cocok ya dicari lagi, hidup jangan dibuat ribet napa Ru."

"Tuh dengerin Mas, hidup jangan dibuat ribet."Rubi ikut-ikutan.

Sejauh ini hanya Rubi saja memang Asisten Biru yang seberani Rubi, mau digalakin, mau Biru marah-marah seperti singa yang baru keluar dari kandang, atau Biru yang banyak maunya susah diatur, Rubi tetap kuat dan bertahan.
...

Bu Hartini mengusap air matanya.

Di usianya yang sudah senja ini, dia masih terus saja disakiti oleh suaminya sendiri, Pak Bramantyo.

"Kamu, bisa gak sekali aja gak nyakitin Biru, cukup aku aja Mas yang menanggung semuanya. Lampiaskan aja semuanya ke aku, jangan hancurin kehidupan Biru anakku. Aku mohon."

Pak Bramantyo menatap remeh tubuh ringkih istrinya itu.

"Sekarang, kamu pandai sekali memohon-mohon, di saat semuanya udah terlambat! Dengar baik-baik ya Hartini, Aku ini bukan Brmantyo yang dulu lagi, aku bukan lagi lelaki bodoh yang mengimis cinta di telapak kakimu!"

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang