Happy Reading
....Perlahan kondisi Biru mulai pulih.
Membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk Biru bisa sepenuhnya mengikhlaskan kepergian Mamanya.
Siap tidak siap, Biru harus melanjutkan hidupnya, tanpa dibayang-bayangi oleh kesedihan lagi. Biru harus bangkit, karena bagaimanapun hidup akan terus berjalan.
Biru pun kembali menjalani profesinya sebagai seorang Aktor, dengan jadwal yang padat.
Sesuai jadwal, Biru mulai melakukan promosi film terbarunya di berbagai kota yang ada di Indonesia.
Di minggu ke-dua penayangan secara serentak di Bioskop-bioskop yang ada di Indonesia, Biru dan para pemain film lainnya serta Team promosi sedang melakukan promo di Medan.
Sesuai jadwal mereka hanya 1 hari di Medan. Seharusnya hari ini, mereka semua sudah bisa kembali ke Jakarta dan mendapat jeda selama 2 hari, sebelum melanjutkan perjalanan untuk berpromosi ke kota lainnya.
Tetapi Biru memutuskan tidak pulang bersama rombongan, sebelum pulang ke Jakarta Biru ingin mengajak Rubi ke suatu tempat, hitung-hitung sebagai liburan singkat.
Selesai melakukan promosi terakhir di Medan, Biru langsung mengajak Rubi untuk pergi ke suatu tempat yang masih ia rahasiakan dari Rubi.
"Mas, beneran nih kita gak ikut pulang sama yang lain?"tanya Rubi memastikan sekali lagi.
"Iya, kita pulangnya besok aja."Biru masih fokus menyetir.
"Mas, ini kita mau kemana? Terus kita gak make bantuan tour guide nih, Mas? Mas emangnya tau jalannya? Nanti kita nyasar loh."Seperti biasa Rubi selalu cerewet.
"Gak papa dong, kalaupun misalkan nyasar, nyasar bareng-bareng. Romantis juga deh kayaknya kalau kita nyasar berdua. Mau nyoba gak?"
Seperti biasa, Biru sangat senang menggoda Rubi, berhubung kekasihnya itu sangat polos dan menggemaskan, jadi menggoda Rubi itu semacam hiburan tersendiri untuk Biru.
"Jangan aneh-aneh deh, Mas. Kalau Mas gak tau jalannya, lebih bagus kita putar arah aja ya, sebelum kita makin jauh."Tepat seperti dugaan Biru, Rubi pasti langsung panik.
"Udah nanggung ini, gue ngikutin kata hati ajalah ya. Banyakin doa deh, biar kita nanti sampi di tempat yang indah."Biru tersenyum jahil.
"Mas, kalau mau nyasar jangan ngajak-ngajak dong. Tau gini mending tadi Rubi ikutan aja sama yang lain pulang ke Jakarta."Rubi mengerucutkan bibirnya.
"Harus ngajak-ngajak dong, lo kan calon istri gue. Kalau gue nyasar sendirian, nanti lo nyari calon suami yang baru, gak adil dong namanya."
"Cerdas banget ya kamu Mas, Rubi sampe terharu dengernya."
Merasa cukup mengerjai kekasihnya yang teramat polos ini, Biru tertawa puas. Membuat Rubi semakin kesal.
"Eh malah ketawa, gak ada yang lucu padahal."
"Ada dong, itu bibir kamu maju-maju kayak soang yang mau matok."Biru melepas tangannya dari stir mobil lalu ia mengacak poni Rubi, gemas.
Rubi menepis tangan Biru dari atas rambutnya. Rubi tidak memberikan jawaban apa-apa, hanya tatapan tajamnya yang mewakili."Becanda-becanda, bibir lo sexy kok sexy. Jangan dimaju-majuin lagi ya, susah nih nahannya bawaannya gue pengen nyosor, nanti kalau gue khilaf kan bahaya. Jadi jangan mancing-mancing, oke?"Biru mengucapkan kalimat-kalimat frontal itu dengan santainya.
Sementara itu, akibat ucapan frontal Biru tadi membuat Rubi jadi salah tingkah, pipinya bersemu merah.
"Idih malu-malu, biasanya juga malu-maluin."Bukan Biru namanya kalau tidak suka mencari keributan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BI-RU
RomanceBiru, sosok lelaki yang tempramental, hoby-nya marah-marah, mengalami trauma soal percintaan. Karena hubungannya kandas dengan alasan yang sangat jarang terjadi. Rubi, gadis dari desa yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, membantu orangtuanya...