Happy Reading
...Rudi melirik jam tangannya, sesekali ia menyesap kopi yang ada di hadapannya.
Dari arah pintu masuk Cafe, orang yang ditunggu oleh Rudi muncul. Rudi melambaikan tangannya memberi tahukan dimana posisinya.
Lelaki itu langsung paham, dan menghampiri Rudi.
"Maaf ya Bang terlambat, agak macet."
Lelaki itu adalah Langit, Langitpun mengambil posisi duduk berhadapan dengan tempat duduk Rudi.
"Iya gak masalah, mau pesan apa?"tanya Rudi.
"Gak usah Bang, nanti kalau mau, saya bisa pesan sendiri kok,"tolak Langit dengan halus.
"Oh iya salam kenal ya Bang, saya Langit."Langit mengulurkan tangannya. Rudipun menerima uluran tangan itu, keduanya berjabat tangan.
"Saya Rudi, seperti yang udah kamu tau saya itu Kakaknya Rubi."
"Iya Bang, Rubi udah cerita kok."
"Langsung aja ke intinya ya Langit, saya tau pertanyaan ini terkesan lancang apalagi untuk ukuran orang yang baru saling mengenal seperti kita, tapi saya sangat memerlukan informasi ini untuk memastikan sesuatu..."Rudi menjeda ucapannya.
"Kalau boleh saya tahu, Papa dan Mamamu itu, apa mereka orangtua kandungmu, Lang?"Rudi berusaha menekan suaranya selembut mungkin.
Langit tidak langsung memberikan jawaban, ia menatap Rudi seperkian detik. Langit tidak menyangka pertanyaan seperti ini yang akan ditanyakan oleh Rudi, seumur-umur baru kali ini ada orang yang menanyakan perihal ini secara terang-terangan terhadap Langit.
"Mohon maaf ya kalau pertanyaan saya tadi terkesan lancang dan tidak sopan. Kalau misalnya kamu berkeberatan untuk menjawab, tidak masalah kok,"sambung Rudi lagi.
"Mereka orangtua angkat saya,"jawab Langit dengan tenang.
Langit dan Rudi beradu pandang, keduanya terdiam cukup lama.
"Mama adalah orang yang nolongin saya dari preman-preman jahat yang memaksa saya untuk mengemis, sampai saat ini pun saya tidak pernah tahu siapa orangtua kandung saya. Ketika saya mulai memiliki ingatan yang kuat, saya hanya mengingat tentang saya yang dipekerjakan para preman itu untuk mengemis. Saya tidak mengingat apapun selain itu lagi."
Rudi mengeluarkan selembar foto dari sakunya, Rudi meletakkannya di atas meja.
"Apa wajahmu mirip dengan wajah ini waktu kecil?"tanya Rudi, sambil menunjuk wajah adiknya Ruli.
Langit memperhatikan wajah anak itu dengan seksama.
"Sedikit mirip,"ujar Langit.
Langit lalu teringat sesuatu, ia mengambil sebuah cincin yang selalu ada di sakunya. Langit selalu membawa cincin itu kemanapun ia pergi
Langit menunjukkan cincinnya pada Rudi.
"Cincin ini?"
Rudi membulatkan matanya, Rudi masih ingat ini adalah cincin yang dibeli oleh Ayah mereka untuk dirinya, Ruli dan Rubi, cincinnya sama persis.
"Sepertinya ini cincin yang diberikan oleh orangtua kandung saya."
Tidak perlu mendengar penjelasan apa-apa lagi, Rudi langsung berdiri dan memeluk Langit.
Yang dipeluk merasa terkejut dengan pelukan Rudi yang tiba-tiba.
"Ruli akhirnya Abang bisa nemuin kamu."Rudi memeluk Langit sangat erat.
"Maksudnya?"Langit masih tampak Bingung.
"Saya ini Abang kamu."
Perpisahan puluhan tahun yang terjadi antara Langit dan keluarganya telah berakhir hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BI-RU
RomanceBiru, sosok lelaki yang tempramental, hoby-nya marah-marah, mengalami trauma soal percintaan. Karena hubungannya kandas dengan alasan yang sangat jarang terjadi. Rubi, gadis dari desa yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, membantu orangtuanya...