Part 21

1K 135 22
                                    

Happy Reading
...

Basecamp Rambo

Pada awal-awalnya Biru dan para sahabatnya memiliki rencana untuk membentuk sebuah band, namun akhir-akhir ini jadwal individu mereka cukup padat, menyebabkan rencana itu belum bisa terealisasikan.

Bahkan kemungkinan terburuknya adalah rencana itu hanya akan sekadar menjadi rencana, tidak bisa direalisasikan.

Oleh karenanya, mereka membuat plan kedua, yaitu membuat konten podcast. Selain karena konten seperti ini sedang menjadi trend di kalangan selebritas, pembagian waktunya juga masih bisa mereka atasi.

Mereka hanya perlu berkumpul untuk rekaman setidaknya sekali seminggu, berbeda dengan band yang membutuhkan waktu ekstra mulai dari latihan, rekaman, promo album, tour dan banyak lagi.

Walaupun hanya sekadar podcast setidaknya mereka bisa memiliki project bersama, karena tujuannya sebenarnya adalah ini. Mereka ingin memiliki project yang bisa dikerjakan bersama.

Hari ini, mereka memulai persiapan pertama untuk project baru ini, yaitu mendesain basecamp rambo untuk studio podcast, termasuk mempersiapkan semua alat-alat yang dibutuhkan.

Para Manager, dan Asisten mereka masing-masing ikut turun tangan. Karena mereka ingin mendesain sendiri, tidak menggunakam jasa desainer interior.

Rubi juga ikut serta membantu. Rubi tampak lebih pendiam dari biasanya, barangkali efek dari kejadian tempo hari.

"Rub, lo puasa ngomong ya?"tanya Biru di sela-sela kesibukan mereka yang tengah memasang walpaper dinding.

Rubi tidak memberikan jawaban.

"Rubi! Ngomong dong, gigi lo entar kering loh."Biru masih berusaha membuat Rubi mau berbicara dengan dirinya.

"Rubi, telinga lo masih ada kan?"

"Rubi, oy Rubi."

"Rubi oh Rubi."

Yang diajak bicara, tidak memberikan respon apapun. Rubi menjadikan Biru tak ubahnya seperti makhluk tak kasat mata yang berkeliaran di sekitarnya.

"Hoy, calon istri."

Mujarab, mendengar panggilan itu langsung ampuh untuk membuat Rubi bereaksi.

"Rubi gak suka dipanggil kayak gitu!"Rubi memicingkan matanya, alih-alih takut Biru malah gemas melihat pelototan Rubi.

"Terus maunya dipanggil apa? Sayang? Baby? Honey? Atau mau ayang beb?"Biru tersenyum jahil.

"Gak denger! Iya gak denger."Rubi menutup telinganya. Sepertinya Rubi sedang dalam mode malas berdebat dengan Biru.

Biru menggeser tangan Rubi yang menutupi telinga, Rubi tentu saja tidak menerima perlakuan manis dari Biru itu dengan suka rela, ia langsung menepis tangan Biru.

"Jangan pegang-pegang!"

"Buset galak amat, disini yang Bosnya gue loh. Manatau ya kan lo lupa."

"Bodo amat."Rubi menekankan setiap hurufnya.

"Jangan galak-galak dong, sama calon suami sendiri loh ini."Biru menaikturunkan alisnya.

"Mas, ini sama sekali gak lucu. Jadi stop ngomong calon istri, calon suami. Rubi merasa terganggu."Dari nada suara Rubi sudah dapat disimpulkan kalau ia benar-benar sedang kesal.

Biru menghela nafas, ternyata gadis yang ada di hadapannya belum juga bisa percaya dengan kata-katanya tempo hari. Rubi masih mengganggap semua ini sebatas lelucon.

Entah darimana datangnya keberanian Biru, ia tiba-tiba menarik Rubi ke dalam pelukannya.

"Mas, apa-apaan sih!"Rubi memberontak.

Sementara itu Biru tidak membiarkan Rubi lepas dari pelukannya, kekuatan Rubi tidak sebanding dengan kekuatan Biru, sehingga Rubi tidak bisa lepas dengan mudahnya dari pelukan Biru.

"Rub, biarin seperti ini sebentar aja,"bisik Biru di telinga Rubi.

Rubi merinding, pasalnya suara Biru itu bagaikan sebuah hipnotis yang membuat Rubi berhenti memberontak.

"Dengerin baik-baik ya, kata-kata gue tempo hari itu bukan candaan, lelucon ataupun permainan. Gue serius ngelamar lo, gue serius mau mencoba hubungan yang serius sama lo, Rubi."Biru membisikkan kata-kata itu dengan nada lembut.

Lutut Rubi terasa lemas seketika, efek suara lembut Biru yang berbisik di telinganya itu sangatlah luar biasa.

Setelah merasa Rubi sudah terkendali, Biru melepaskan pelukannya. Lalu, Biru lalu meletakkan telapak tangannya di atas puncuk kepala Rubi.

"Lo mungkin ngerasa aneh dengan perubahan sikap gue yang tiba-tiba ini. Sama, gue juga sempat merasa aneh sama diri gue sendiri."Biru menjeda ucapannya, ia menatap tepat di manik mata Rubi.

"Gue gak mau munafik sama hati gue sendiri Rubi, percaya gak percaya gue udah ngerasa nyaman dengan keberadaan lo. Sementara gue itu kan termasuk orang yang susah ngerasa nyaman sama lawan jenis, artinya apa? Lo itu beda Rub, lo gak sama kayak wanita lain di luaran sana."

"Tapi jujur gue belum bisa menyimpulkan perasaan ini sebagai perasaan jatuh cinta, perasaan ini barangkali baru sampai ditingkatan rasa nyaman dan rasa sayang."

Rubi tidak berkedip, sebenarnya ia belum bisa percaya sepenuhnya kalau yang mengucapkan semua kata-kata itu adalah Biru. Bagaimana bisa Bosnya yang menyebalkan itu berubah secepat ini?

"Gue ngajak nikah beneran kok, Rubi. Gak akan ada kontrak dan semacamnya. Kita hanya perlu belajar saling mencintai untuk bisa bertahan dalam waktu yang lama, kalau bisa sampai selama-lamanya. Gue yakin sih belajar mencintai lo gak akan sulit, ini hanya soal waktu."

Biru mengusap puncuk kepala Rubi sambil tersenyum.

Di saat situasi yang sangat mendukung, Budi muncul tiba-tiba.

Datang-datang, Budi langsung menghancurkan suasana romantis yang sudah susah-susah Biru bangun, "Eh kerja-kerja. Malah romantis-romantisan lo berdua!"

"Agak bangsat ya lo, Budi."

Biru berdecak kesal. Biru melayangkan satu tendangan mautnya, untung saja Budi cepat tanggap untuk menghindar kalau tidak ia akan menjadi korban kekerasan Biru.

Rubi kembali menempelkan walpaper yang tersisa, jujur saja Rubi merasa salang tingkah, canggung, syok dan berbagai perasaan lainnya, bercampur aduk menjadi satu.

"Eh kok ngamuk, emangnya lo sama Rubi lagi ngapain sih tadi?"

"Kita lagu nyusun rencana mau ngebakar lo idup-idup!"Biru masih tampak kesal.

"Sadis amat jadi manusia."Budi bergidik ngeri.

"Diem lo Bud, gue gak mood lagi ini."Tidak kesampean menendang Budi, Biru menggantinya dengan tinjuan keras di lengan Budi.

"Gue lapor ke Kak Seto ya lo, bisa-bisanya lo ngelakuin kekerasan sama anak-anak kayak gue."

"Aduh kok gue makin emosi ya."Biru melayangkan satu tinjuannya lagi ke lengan Budi.

Biru bersungut-sungut merutuki kedatangan Budi yang merusak suasana romantis yang telah ia bangun dengan penuh perjuangan tadi.

Fix Budi perusak suasana.
...

Tbc

Yuk vote dan comentnya.

Yuk yuk sini terang-terangan, jangan jadi pembaca gelap🤭

BI-RU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang