Happy Reading
....Waktu break dipergunakan oleh Biru sebaik mungkin, untuk berleha-leha sambil main game. Biru terbilang cukup tertutup dengan pemain lain di judul ini, karena ada Dion, saingannya sejak awal ia meniti karier.
"Mas, mau dibuatkan apa? Kopi apa teh?"tanya Rubi.
"Gak ada,"jawab Biru singkat.
"Oh yaudah, terus ada gak makanan yang Mas pengen? Biar Rubi beliin, mumpung masih break."
"Gak ada,"jawab Biru lagi.
"Oh yaudah, Mas butuh sesuatu? Entah mau diambilin apa gitu Mas? Biar Rubi ambilin."
"Gak ada Rubi! Lu bisa gak jangan nanya-nanya mulu, gue lagi main game nih!" Biru mulai merasa kesal.
"Ya Rubi kan mau jadi Asisten yang perhatian Mas, siap siaga."
"O...,"jawab Biru sangat singkat
"Bulet Mas."
Rubi kembali duduk di samping Biru, ia menatap Biru dengan tatapan jengah, melihat Biru yang terlalu serius main game, membuat Rubi merasa ngantuk.
"Kalau perlu apa-apa bangunin Rubi ya Mas."
"Iya, iya."
Rubi bersender di bahu kursi, ia mememajamkan matanya, perlahan Rubi mulai terlelap. Sementara itu, Biru masih fokus main game, kali ini Biru benar-benar terlihat sangat serius, dalam mode tidak bisa diganggu.
"Bu, Rubi rindu." Rubi meracau.
"Lu ngemeng sama siapa Rub?"tanya Biru, masih dengan posisi tatapan yang masih tetap lurus ke layar handphone.
"Bu, rasanya Rubi pengen meluk Ibu." Rubi meracau lagi.
"Rub, lu masih waras kan?"
Biru meletakkan handphonenya ke atas meja.
"Ngigau?" Biru mengerutkan keningnya.
"Rubi, janji gak akan mengecewakan Ibu dan Bapak."
Kali ini air mata Rubi ikut menetes, barangkali apa yang Rubi mimpikan sangatlah emosioanal, sampai-sampai air matanya pun ikut menetes.
"Baru kali ini gue liat, orang tidur nangis. Ni cewe tidur aja kelakuaannya ajaib bener ya."
"Ibu mau kemana? Ibu!" Rubi berteriak.
"Astaghfirullah." Biru terlonjak kaget.
"Ibu! Ibu jangan pergi, Bu!" Rubi berteriak lagi.
"Woy, Rub bangun!" Biru menggoyang-goyang tangan Rubi.
Rubi membuka matanya perlahan, kepalanya terasa berat dan berdenyut-denyut, pengaruh mimpinya tadi masih membekas di hati Rubi, meskipun dia sudah terbangun.
"Ya Allah, semoga gak terjadi hal buruk sama Ibu di kampung." Rubi memperbaiki posisi duduknya.
"Lu kalau ngingo gawat juga ya, kayak demo sekampung." Biru geleng-geleng kepala.
"Maaf ya Mas."
"Lu cuci muka sana, biar lu ngerasa lebih seger."
"Iya Mas."
...
Biru memesan teh manis hangat ke warung yang ada di seberang set.
"Nih minum dulu, biar lu lebih tenang." Biru memberikan secangkir teh kepada Rubi.
"Mas dapet ini dari mana?" tanya Rubi bingung.
"Turun dari Langit Rub."
"Serius Mas?"

KAMU SEDANG MEMBACA
BI-RU
RomanceBiru, sosok lelaki yang tempramental, hoby-nya marah-marah, mengalami trauma soal percintaan. Karena hubungannya kandas dengan alasan yang sangat jarang terjadi. Rubi, gadis dari desa yang datang ke Jakarta untuk mengadu nasib, membantu orangtuanya...