Ketahuan

25 2 0
                                    

Sudah 2 minggu ayah terbaring lemah dengan jarum infus yang masih setia menempel pada tangan kirinya dan kepala yang masih di perban. Gue nggak pernah bosan buat nunggu ayah tersadar. Sedikit demi sedikit air mata gue terjatuh begitu saja, membasahi tangan ayah yang sembari gue usap perlahan dan melihatnya dengan penuh kesedihan.

"Hiks.. hiks.."

"Ayah,"

"Cepet bangun,"

"Ayah ngga kangen sama anak ayah hm?"

"Apa ayah seneng liat Avin gini? Nangis terus tiap hari, nafsu makan hilang, rela bolos kuliah demi nemenin ayah, hiks.."

"Ayah, maafin Avin kalau Avin banyak salah sama ayah. Ayah, ayah yang tenang ya, semuanya Avin yang urus bareng sama temen-temen Avin. Avin cuma mau ayah sembuh, oke?"

Setiap hari gue selalu bermonolog, orang yang di ajak berbicara tengah tertidur pulas. Huft, sampai kapan gue harus begini.

Bunda sedang repot dirumah karena Bi Atik hari ini tidak mengurus rumah, anaknya melahirkan katanya. Secepat itu ya, terkadang memang takdir tidak bisa ditebak. Mungkin ini adalah jalan dimana gue harus berhijrah, gue belajar untuk memperbaiki diri. Dengan ujian ini gue dilatih untuk bersabar dan ikhlas.

Pesanan kue bunda selama ayah sakit tidak bertambah yang artinya sementara bunda tidak menerima order-an atau pesanan terlebih dahulu. Karena bunda belum punya karyawan ataupun asisten untuk mengambil alih sementara bisnis kuenya itu, makanya bunda memilih untuk close order terlebih dahulu supaya fokus ke kesehatan ayah.

Tung ting tung..

Alvin Setan is calling you..

Gue menoleh kearah sumber suara, ponsel gue terletak diatas sofa. Dengan sigap gue mengambilnya dan mengangkatnya.

"Assalamualaikum," Kata gue mendahului pembicaraan.

"Wa'alaikumussalam, lo ga kuliah lagi?"

"Emang hari ini hari apa?"

"Rabu,"

"Tanggal?"

"22 Januari,"

"Oh, biarin. Kalau ga lulus ya ngulang lagi juga gapapa,"

"Kok gitu, lo di rumah sakit?"

"Iya lah, dimana lagi coba."

"Oke gue nyusul,"

"Loh lo—"

Tutt..

Terputus.

Astaga, bukannya dia kuliah? Sempat-sempatnya kuliah di fakultas kedokteran bisa ada waktu luang. Gue pikir juga sibuk, karena pandangan gue ke anak kedokteran itu otaknya encer bahkan kaya air.

***

Nadine POV

"Nad, percaya sama gue, gue ga bisa kaya gini terus. Lo kalo suka ya bilang jangan malah mempersulit keadaaan orang."

"APASIH?? KOK LO MALAH JADI BELA DIA, LO KAN KUBU GUE, LO YANG BELA GUE, LO TEMEN GUE KENAPA LO JADI BELA DIA??!! JELAS-JELAS GUE SUKA SAMA DIA YA HARUSNYA TUH CEWEK SADAR!"

"Sebenarnya gue mau cerita Nad, gue waktu itu di labrak Avin sama Zahira,"

"Hahh???"

"Iya, dia ke kost gue pokoknya dia kasar sama gue lah, gue dikata pembunuhnya. Gue gamau dikata pembunuh, Nad. Cukup sampe sini aja, kita temenan tapi gue gamau jadi suruhan lo."

AVIN [[Slow Update]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang