Keraguan

29 5 12
                                    

"Eehh, calon mantu mama!"

Gue memasang raut wajah bingung, Alvin punya calon? Siapa?

"Kamu Avin ya?" Mama langsung menyebut nama panggilan gue sambil memasang wajah girang. Gue terkejut. Jangan-jangan Alvin sering cerita soal gue ke mama nya? Ah, gue terlalu overthinking hanya karena mama langsung memanggil nama gue.

"Ehm, iya saya Avin, tante." Balas gue dengan senyum seolah-olah terpaksa untuk ramah dan sedikit memperlihatkan gigi gue.

"Ah, ini yang sering Bang Ghifari ceritain ke mama ya?" Mama menoleh ke arah lantai atas. Ya, Alvin sedang berada di lantai atas rupanya.

Kan bener.

Jadi, tak heran Arkan, teman Alvin memanggilnya 'Ghifari' karena keluarganya pun juga memanggilnya 'Ghifari'.

"Kalo ini siapa? Teman Avin ya? Siapa namanya?"

"Hehe, Zahira tante, biasa dipanggil Hira aja."

"Oo begitu.. Ya, silahkan duduk, sebentar ya tante buatkan minum dulu."

"Eh nggak usah repot-repot tante.. Kami kesini hanya sebentar kok tan," Tolak gue yang sembari duduk dekat Zahira.

"Kenapa Avin? Oh iya kalian ada perlu apa kesini?" Mama ikut duduk juga di kursi sebelah sofa sambil menemani.

"Emm, saya sama Avin kesini mau minta tolong papa Alvin untuk bantu permasalahannya Avin tan," Jawab Zahira gugup.

"Avin, kamu kenapa? Ada masalah apa?" Pandangan mata mama yang tadinya tertuju ke arah Zahira, sekarang berganti ke arah gue yang dari tadi hanya bisa menunduk menyembunyikan perasaan sakit yang mendalam.

"Mmm, panjang ceritanya. Jadi gini tan..." Gue menceritakan semuanya, panjang kali lebar kali tinggi bagi dua.

"... Begitu, saya sudah muak sama omong kosongnya tan, makanya mau saya laporin polisi, trus kata Alvin tadi mau bantu, apa benar Papa Alvin polisi, tan?" Tanya gue karena gue masih nggak percaya kalau Papa Alvin adalah polisi.

Raut wajah mama berubah sedikit, seperti ada yang janggal, "Hmm sebenarnya bukan polisi, tetapi Ghifari bilang ke kamu polisi ya? Ya sudah tidak apa-apa."

Gue bergumam sambil kebingungan, "Hm? Kenapa, tan?"

Mama melamun, "Eh? enggak. Iya, bukan sebenarnya. Mungkin Ghifari nggak sengaja bilang ke kamu, Vin." Ucapnya berbohong.

"Oohh begitu ya tan, nggak apa-apa deh, aku langsung ke kantor polisi aja sekarang," Jawab gue setengah ragu.

"Apa gue salah omong?" Batin gue.

"Ah, nggak usah, Vin. Tante kasih tau suami tante dulu ya? Mungkin bisa dibantu penyelidikannya."

"Oke, tan. Terim—"

"Mamaaaa!! Mau squishyyy!!" Pinta adik bungsunya pada mama yang sedang berjalan ke kamarnya.

"—akasi," Batin gue.

"Mau apa dek, mau apa? Sini sama kakak,"

Zahira menyikut lengan gue, "Lo bilang apa barusan? Kakak? Pfft!" Ia berbisik sambil menahan tawanya karena tak sadar gue baik seketika. Biasa gue sama orang jutek, tapi entah mengapa adik Alvin yang satu ini mengubah segalanya.

"Kakak! Asya mau ini," Pintanya sambil cemberut.

"Hey, kok cemberut?"

"Asya kalo minta sama mama, papa atau abang pasti nggak dibolehin kak," Jawabnya jujur.

"Ya ampun.. Asya, kamu harus belajar sampai pinter dulu berarti, baru nanti dikasih hadiah sama mama papa, oke?"

"Tapi kak, Asya mau sekarang! Beliin squishy, kak!"

AVIN [[Slow Update]]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang