8. Menjemput mala petaka

7 2 0
                                    


{Asa Lirmawanti(Remaja)}

Setelah beberapa hari aku absen dari sekolah, hari ini aku pun kembali sekolah. Untuk keadaan ibu saat ini mulai membaik. Hemodialisa ibu berjalan lancar. Perlahan-lahan ibu kembali sehat walaupun enggak sepenuhnya sembuh. Setidaknya itu yang terbaik untuk saat ini.

Entah kenapa hari ini aku enggak melihat kak Irma di sekolah. Biasanya dia selalu menyapaku. Tapi kali ini aku enggak melihatnya sama sekali. Aku mencoba menemuinya ke CS room's. Namun, di sana juga dia enggak ada. Padahal aku ingin bercerita banyak padanya. Aku pun mengitari sekolah sembari mencari kak Irma, berharap bertemu dia di sana.

Hingga akhirnya aku melihat pak Wan yang sedang menyapu.

"Pak Wan," sapaku sambil menghampirinya.

Ia melihatku dan menghentikan aktivitasnya, "Ada apa neng?"

"Pak, kak Irma kemana ya? Aku udah keliling sekolah sama ke CS room's enggak ada."

"Oh... Irma hari ini off neng. Ada apa emangnya? Siapa tau bapak bisa bantu."

"Enggak ada apa-apa, Pak. Cuman pengin ada yang di obrolin aja."

"Oh... yasudah kalau gitu. Kirain ada apa."

"Sebelumnya makasih ya, Pak. Aku pamit dulu," setelahnya mendapatkan jawaban pak Wan. Aku pun kembali ke kelas.

Dari kejauhan aku melihat Lia and gengs . Dengan cepat aku memutar arah mencari jalan lain. Sebisa mungkin aku menghindarinya. Aku berjalan sedikit cepat dari biasanya. Sesekali aku melihat ke belakang untuk memastikan bahwa aku berhasil menjauhinya. Dan tanpaku sadari aku menabrak seseorang hingga aku terjatuh.

Aku mendongak melihat siapa yang aku tabrak. Ternyata seseorang itu adalah Abian. Ia melepaskan headsetnya yang terpasang dan membantuku berdiri.

"Lain kali, kalo jalan yang bener. Untung lo yang jatuh bukan gue," katanya setelah menolongku.

"Terima kasih," tanpa menjawab ucapanku, Abian langsung pergi meninggalkanku.

Abian ganteng menurutku. Tapi, sayang ia sama pendiamnya sepertiku. Walaupun masih beruntung dia daripada aku di sekolah ini. Nilai akademik dia jauh di atasku. Abian juga termasuk siswa langka disini. Pendiamnya membuat banyak siswi yang terpesona.

Iyalah, Abian sudah ganteng pintar lagi. Siapa juga yang enggak klepek-klepek sama dia? Salah satu kebiasaannya adalah di setiap jam istirahat. Ia tidak pernah ada di kelas. Selalu keluar dengan headset yang menyumpal di telinganya.

***

 

"Baik anak-anak, pelajaran ibu cukup sampai di sini dulu. Jangan lupa kerjaan tugas yang sudah ibu kasih. Dan untuk tugas kelompoknya minggu ini dikumpul. Sampai jumpa di pelajaran ibu selanjutnya."

Bu Asti selaku guru IPS mengakhiri pelajaran dengan tugas yang tidak absen sehabis jam pelajarannya. Beliau adalah guru yang paling rajin memberi PR. Dan ini untuk pertama kalinya bu Asti memberi tugas kelompok. Sialnya aku, aku harus kelompok dengan Lia dan dua teman gengnya. Aku merutuki nasibku. Baru tadi siang aku menghindarinya. Tapi, sekarang aku kembali di pertemukan.

Enggak bisa kah untuk satu minggu saja aku bebas darinya?

Lia menghampiriku. Ia melempar buku paket IPS ke mejaku hingga menimbulkan suara yang keras darinya.

"Pulang sekolah nanti kerja kelompok di rumah gue. Wajib," setelahnya ia kembali ke tempat duduknya.

Kenapa aku harus sekelompok dengannya? bu Asti aku keberatan dengan ini.

One More Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang