3. Rencana gagal

15 2 0
                                    

***

{Asa Lirmawanti}

Sesuai yang perintahkan oleh Pusy. Hari ini aku mulai bekerja sebagai cleaning service di sekolah swasta. Aku menggunakan seragam berwarna kuning yang sesuai dengan aturan di sana. Dan tepat hari ini aku mengganti namaku menjadi Irma.

Aku berjalan kaki untuk sampai di sana. Dan aku tidak sendirian. Selama aku di sini, Pusy akan selalu aku bawa ke manapun, kecuali toilet. Dan Itu permintaan mutlak darinya.

"Pus, enggak salah nih kita datangnya pagi banget kayak gini?" tanyaku.

"Yang namanya cleaning service itu pasti datangnya lebih pagi, Sa. Sebelum jam operasional."

Iya juga sih, tugas cleaning service kan banyak.

"Kamu nggak ada kendaraan untuk kita bisa lebih cepat sampai ke sana gitu?"

"Sayangnya nggak ada, Sa," lanjutnya, "Jalan kaki sudah jadi pilihan yang cocok buat kita."

Aku hanya bisa menghela nafas. Mau gimana lagi? Selagi kaki masih kuat berjalan, sah - sah saja.

Tidak lama kemudian, kami pun sampai. KUSUMA BANGSA, nama itu tertera jelas dan besar di sana. Lalu, aku langsung masuk. Sekolah yang sama persis dengan sekolahku dulu. Tidak ada yang berubah. Sekolah dengan tiga gedung yang di bagi menjadi tiga tingkatan. SD, SMP dan SMA. Juga, Satu lapangan besar yang dikelilingi tiga gedung tersebut.

Hah. Aku jadi rindu suasana sekolah.

Aku terus berjalan sambil menatap sekitar. Salah satu yang paling aku suka dari sekolah ini adalah koleksi tanaman hiasnya yang indah. Karena di setiap depan kelasnya ditaruh tanaman hias.

Hingga akhirnya, aku sampai di ruangan yang aku cari. Cleaning service room's.

"Di sini tempatmu," kata Pusy.

Aku pun coba membuka pintu. Dan ternyata tidak dikunci. Lalu aku pun masuk. Ruangannya sedang, tidak terlalu besar dan tidak terlalu sempit. Namun, karena terlalu banyak barang yang berserakan membuat ruangan ini tampak sempit. Sepertinya ini bisa ku bereskan.

Aku mulai menyusun beberapa barang agar terlihat rapi. Berbagai alat pembersih pun sudah ku susun dengan rapi. Aku tersenyum melihatnya. Setidaknya ruangan ini jauh lebih baik dari yang sebelumnya. Aku sedikit terkejut ketika ada pria paruh baya masuk ke sini.

"Loh. Kamu siapa?" tanyanya.

Aku tersenyum, "Saya ... As– em Irma, Pak," hampir saja aku menggunakan nama asliku.

"Ohh.. Saya tahu, kamu pasti penggantinya bu Santi kan?"

Aku mengangguk, "Iya, Pak."

"Oh iya, sudah tahu belum kamu di tugaskan di mana?"

Aku menggeleng.

"Tugasnya kamu itu bersihin area SMP. Berdua sama saya."

Lalu bapak itu mengambil sapu dan kawan-kawannya keluar.

"Kamu bagian ngepel lantai aja ya. Biar saya yang menyapu," ucapnya sambil memberi kain pel, "oh iya, nama bapak, Wawan. Panggil saja pak Wan."

Dari yang ku lihat, bapak ini ramah. Seingatku dulu, bapak ini pernah menolongku. Tapi, aku lupa.

One More Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang