2. Kesempatan kedua

30 4 0
                                    

***

{Asa Lirmawanti}

Tempat ini begitu asing bagiku. Semua serba putih di sini. Hanya ada aku seorang diri. Entah sudah berapa kali aku mengitari tempat ini. Tetap tidak ada ujungnya.

Aku bingung.

Sebenarnya aku ini ada di mana? Kenapa tidak ada satu orang pun di sini? Kemana yang lain? Kenapa hanya ada aku di sini? Tolong siapapun itu, tolong aku.

Aku kesal. Sudah beberapa kali aku berjalan. Namun, yang ku rasakan adalah aku tidak kemana-mana. Dan aku merasa, aku hanya terus berputar di satu tempat yang sama.

Aku berteriak dan aku menangis. Aku tidak mau sendiri di sini.

Abian ...

Ibu ...

Ayah ...

Tolong aku, tolong...

Tangisku semakin pecah.


Tolong kembalikan aku ke tempatku, tolong.

Hingga kemudian, ada cahaya putih mendekat ke arahku. Mataku sedikit menyipit karena silaunya. Ia semakin mendekat. Dan ternyata dia adalah seorang perempuan. Dia tersenyum dan mengulurkan tangannya yang putih itu untuk membantuku berdiri. Aku langsung menerimanya. Posisiku berhadapan dengannya sekarang.

"Kenapa nangis? Perempuan sekuat kamu harusnya sudah biasa saja menyikapi ini," ujar perempuan itu.

"Aku pengin pulang. Aku nggak mau disini. Ini bukan tempatku."

Perempuan itu menyeringai, "Bukannya ini yang kamu inginkan? Katamu ingin bahagia? Terbebas dari masalah dan cobaan? di sini tempatnya."

"Tapi ini bukan tempatku. Aku nggak mau di sini, aku ingin pulang."

"Loh, Kenapa? Ini sudah menjadi tempatmu, sekarang."

"Ini bukan tempatku," geramku.

"Aneh. Kamu sendiri padahal yang meminta langsung ke Tuhan. Giliran sudah di kasih malah tidak tahu menahu. Dasar manusia," lanjutnya lagi, "Kenapa juga aku harus di kirim kesini untuk manusia kayak kamu."

"Memangnya kamu siapa? Kenapa jadi marah-marah?"

"Siapapun Saya itu nggak penting buat kamu."

Entah kenapa aku sedikit kesal dengan perempuan ini. Datang memberi pertolongan tapi, berujung marah-marah. Dari dia menolongku tadi, aku sedikit memasati wajahnya. Dia sepertinya baik. Tapi siapa dia? Apa dia juga tersesat di sini sama halnya sepertiku?

"Jadi sebenarnya, kamu siapa?" tanyaku lembut.

"Perempuan," ku rasa, aku nggak sebodoh itu dan juga mataku masih berfungsi dengan baik.

"Terus kenapa kamu ada di sini?"

"Suka-suka aku lah. Ada masalah buat kamu?"

Kenapa aku harus dipertemukan dengan orang seperti dia Tuhan?

Kami terdiam kemudian, aku duduk sambil melamun. Perempuan yang saat ini belum ku tahu namanya berada di sampingku. Sedari tadi Ia menatap ke arahku.

One More Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang