*****
***
{Asa Lirmawanti (Dewasa)}
***
*****Dari beberapa hari yang lalu, aku jadi lebih sering mengunjungi ibu di rumah sakit. Menemaninya hingga merawatnya bergantian dengan ayah. Kapan lagi aku bisa menghabiskan waktu merawat ibu kalau bukan sekarang?
Sesuai jadwal yang sudah di tetapkan rumah sakit. Hari ini ibu cuci darah. Aku yang menemaninya.
Dua jam lagi cuci darah ibu akan di mulai. Sembari menunggu aku duduk diam sendiri di luar.
Pikiranku mulai berkelana. Aku masih tidak percaya ini menjadi nyata. Semua hal yang aku inginkan dulu mulai tercapai. Dari mulai aku menginginkan seseorang yang menjadi penolongku saat di bully. Sampai aku berkeinginan bertemu lagi dengan ibu.
Aku ingin berlama-lama di sini. Aku sudah nyaman dengan semua ini. Rasanya aku ingin melupakan tujuan utamaku. Melupakan tujuan untuk bisa hidup kembali.
Tapi, di satu sisi aku juga rindu dengan kehidupan masa depanku. Segala hal yang ada di sana. Karir, kedua adikku dan juga Abian. Aku merindukan mereka.
Rasanya aku ingin membawa mereka untuk ke sini juga. Tapi, itu mustahil.
Kenapa hidup harus memilih sih? Kenapa enggak di kasih pilihan untuk mempunyai keduanya? Kenapa harus salah satu kalau dua saja aku sudah merasakan bahagia yang amat luar biasa?
Memang pusing kalau memikirkan semuanya. Hingga akhirnya Pusy datang dan duduk di pangkuanku. Aku mengelus kepalanya lembut.
"Lancarkah hari ini? Ada masalah?" Pusy berkata.
"Ada satu hal yang ingin aku tanyakan sama kamu. Sampai kapan aku berada di sini?"
"Kenapa? Udah mulai enggak tahan? Atau sudah mulai bosen? Atau jangan-jangan kamu ingin menyerah?"
"Bukan itu.." rengekku.
"Jadi apa? Padahal di sini kamu sudah mendapatkan segalanya yang enggak kamu punya di sana."
"Ini bukan duniaku, Pus. Aku enggak mau hidup jadi orang lain terus. Aku juga enggak mau kalau di sini aku tanpa kepastian."
"Kepastian itu adanya di diri kamu, Sa. Kamu nya aja yang kurang sadar."
Lalu Pusy menatapku, aku mengeryit mempertanyakan tatapan dia.
"Tanya lagi sama diri kamu. Apa yang belum selesai di sini? Kenapa kamu sampai dilempar ke masa lalumu lagi?"
Aku terdiam seketika. Sejauh ini yang ku tahu hanya mewujudkan semua yang pernah aku inginkan.
"Aku enggak tahu, Pus."
"Jelas kamu tahu. Itu ada diri kamu sendiri, Sa. Bagian dari hidup kamu juga. Sesuatu yang terkurung di diri kamu sejak lama."
Sesuatu? Termasuk dalam hidupku? Terkurung sejak lama?
Aku makin bingung.
Kenapa aku harus di buat berfikir seperti ini sih?
"Semua keputusan ada di kamu, Sa. Aku enggak bisa ikut campur tentang ini. Karena tugasku hanya mengarahkan kamu dan memberimu petunjuk."
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time ✅
Fiksi RemajaCerita ini diikutsertakan dalam ANFIGHT BATCH 7 Blurb : Asa menjadi korban tabrakan saat pulang dari bekerja yang mengakibatkan ia koma di rumah sakit. Tiga bulan Asa belum juga siuman dari tidur panjangnya. Juga selama tiga bulan ia selalu ditema...