*****
***
{Asa (Dewasa)}
***
*****Sejak di rumah sakit kemarin, aku tidak mencoba untuk mendekatkan diri ke sana. Hatiku hancur untuk kedua kalinya. Aku merasakan lagi sakitnya kehilangan.
Aku mengikuti semua prosesi pemakaman sampai selesai. Tapi, dari kejauhan. Ya, aku mengikuti semuanya tempat yang tidak seharusnya.
Aku melihat dengan jelas. Ayah dan kedua adikku menangis. Terutama Asa. Ia tidak berhenti sedari tadi. Aku ingin sekali menghampirinya tapi, aku tidak mampu untuk ke sana. Merasa kehilangan kedua kalinya saja sudah cukup menyakitkan.
Maaf, Sa. Aku enggak bisa untuk ke sana. Aku... Aku hanya takut luka lamaku kembali basah.
Maaf...
***
Setelah dari pemakaman, aku memilih untuk langsung pulang ke rumah. Di dalam pun aku tidak hanya bisa diam melamun. Rasanya lesu aku untuk menjalani hari ini. Hingga akhirnya Pusy datang. Ia duduk di sampingku. Tidak lama kemudian, Pusy berubah menjadi wujud aslinya. Menjadi seorang perempuan yang pertama kali aku temui sebelumnya.
"Jangan lesu gitu dong. Aku bawa kabar baik buat kamu,"
Aku menoleh ke arahnya, "Apa?"
"Semuanya sudah hampir selesai tugas kamu di sini. Sekarang, kamu tinggal menunggu pilihan yang akan menjadi keputusan akhir kamu."
Mendengar perkataannya membuatku menghela nafas, ada rasa tidak rela untuk pergi dari sini. Satu sisi lain ada rasa senang, akhirnya aku bisa kembali ke duniaku.
Entahlah, aku harus bagaimana?
Tanpa mempertanyakan apapun, aku meninggalkan Pusy sendirian dan aku memilih ke kamarku. Di kamar aku langsung membaringkan badanku di atas kasur. Aku menatap langit-langit kamar. Menghela nafas lagi, dan mencoba tertidur. Semoga denga cara ini aku bisa mengalihkan pikiranku sejenak.
Yap, tidur adalah cara paling ampuh untuk mengalihkan pikiran yang sedang membebani sejenak. Dan aku bukan tipikal orang yang koar-koar untuk mengeluarkan emosinya.
Memang benar mimpi akan selalu indah daripada kenyataan.
***
Aku berlari, berlari dengan kencang. Setelah mendapatkan kabar yang membuatku panik seketika. Aku tidak lagi mempedulikan sekitar, bahkan aku sempat menabrak orang-orang yang berlalu lalang. Karena saat ini yang ada dipikiranku adalah menyelamat dia.
Aku pun tiba di salah satu gedung lama yang sudah tidak terpakai. Dengan cepat aku menaiki tangganya untuk sampai ke atap paling atas.
Di tengah-tengah aku mulai kelelahan. Beberapa kali aku tersandung kakiku sendiri. Aku tidak boleh menyerah. Di atas sana ada seseorang yang harus selamatkan. Aku bangkit dan mulai berlari lagi.
Hingga akhirnya aku sampai di anak tangga terakhir, ku buka pintu di depanku. Dengan nafas yang terengah-engah aku berjalan. Dan betapa terkejutnya aku ketika seseorang itu sudah membentangkan kedua tanganya, berdiri di atas undakan yang di bawahnya tepat dengan jalan raya yang banyak kendaraan berlalu lalang.
Sampai akhirnya aku berlari menghampirinya, sebelum kaki itu membawanya ke dunia lain. Dengan cepat ku gapai dan ku tarik tangannya. Ia berhasil ku selamatkan dari dosa besar yang tidak bisa terampuni sampai kapanpun. Dan ia ku selamatkan dari penyesalan terbesarku bila aku tidak bisa menyelamatkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One More Time ✅
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam ANFIGHT BATCH 7 Blurb : Asa menjadi korban tabrakan saat pulang dari bekerja yang mengakibatkan ia koma di rumah sakit. Tiga bulan Asa belum juga siuman dari tidur panjangnya. Juga selama tiga bulan ia selalu ditema...