5. Putus atau terus?

10 2 0
                                    

***

{Asa Lirmawanti(Remaja)}

Begitu bel istirahat berbunyi, aku pergi ke kantin untuk mengisi perutku yang lapar. Aku pun memesan semangkuk mie instan dan es teh manis. Enggak lama kemudian, pesenanku siap. Aku membawa nampan berisi makanan pesananku tadi ke meja yang kosong di ujung sana.

Namun, tiba-tiba Lia dan ketiga teman gengnya menghadangku. Dengan tersenyum sinis yang mengisyaratkan sesuatu akan terjadi. aku lekas mundur perlahan seketika. Aku tahu dia akan berbuat apa padaku. Tapi, semakin aku mundur Lia malah semakin mendekat. Aku takut. Ini bukan kali pertamanya Lia melakukan ini. Hingga akhirnya Lia mencekal tanganku dengan keras sampai nampan yang ku bawa terjatuh dan aku menjadi pusat perhatian para siswa sekarang.

"Lo pikir, anak cupu kayak lo bakal bebas dari gue?" lanjutnya lagi, "Punya nyali juga lo untuk makan di kantin."

Mendengar perkataanya aku menunduk ketakutan. Untuk melihat matanya pun aku enggak berani.

"Girls. Enaknya si cupu kita apain ya?" tanya Lia pada gengnya.

"Apapun yang lo lakuin, kita pasti seneng kok. Bener enggak guys?" ucap salah satu dari mereka yang entah siapa aku enggak tahu.

"Baiklah. Hitung-hitung gue mempersembahkan hiburan yang terbaik untuk semua siswa yang ada di sini."

Baiklah, sebentar lagi aksi akan dimulai. Apalagi yang akan Lia lakukan padaku?

Lia melepaskan cekalan tanganya. Lalu, ia mendongakan wajahku yang sedari tadi menunduk. Aku hanya bisa memejamkan mata dan menggeleng.

"Selamat menikmatinya anak manis."

Tubuhku didorong keras oleh Lia hingga menabrak sesuatu. Aku jatuh terduduk dengan sampah yang berserakan di sekujur badanku. Diiringi dengan tawa dari para siswa aku menangis. Untuk kesekian kalinya aku dipermalukan di depan banyak orang.

Mereka semua tidak punya hati. Apa yang lucu dari ini? Lucu karena menertawakan penderitaan orang lain? Seharusnya aku yang menertawakan kalian. Menertawakan kebodohan kalian.

Aku kesal dengan diriku. Kenapa harus aku yang terus menjadi sasaran Lia? Kenapa aku harus semalang ini di masa remaja ku?

Aku memang hanya anak orang miskin yang dengan beruntungnya mendapatkan beasiswa full di sini. Tapi, aku juga punya perasaan. Kalian perlu tahu, aku sangat tersakiti di sini.

Aku tidak seperti kalian, yang dengan bangganya mampu membayar sekolah semahal apapun itu. Tapi, apa tidak bisa aku tidak dipermalukan seperti ini?

Semakin aku menangis, suara tawa itu semakin keras. Terutama, Lia dan geng hitsnya.

Puas? Puas kalian memperlakukan ini? Puas kalian mempermalukanku?

Tapi, tiba-tiba saja ada seseorang yang membantuku keluar dari lingkaran para setan di sini. Ia membawaku pergi dari di sini. Tanganku di tariknya. Hingga akhirnya aku memasuki ruangan yang aku sendiri enggak tahu ini apa. Tapi, wangi dari sabun tercium di sini.

Dengan sesenggukan aku di dudukan di kursi.

"Kamu enggak apa-apa kan?"

One More Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang