12. Kesempatan kedua yang terindah.

12 1 0
                                    


*****

***
Asa Lirmawanti (Dewasa)
***
*****


Pagi-pagi sekali aku sudah bangun untuk memasak sarapan untuk Asa. Lebih tepatnya aku memasak untuk diriku sendiri. Kemarin aku sempat terkejut dengan kedatangan Asa ke rumah. Ia datang bersama Abian. Penampilannya sangat kacau. Dan satu hal yang membuatku meringis. Terdapat beberapa luka di kaki dan tangannya.

Aku menahan diriku untuk tidak bertanya apa-apa dulu. Walaupun aku sendiri tahu pasti itu karena ulah Lia dan antek-anteknya.

"Kak Irma, lagi apa?" aku menoleh ke belakang. Ada Asa yang baru saja bangun tidur.

Aku tersenyum, "Bikin sarapan."

Lalu, Asa duduk di meja makan yang tidak jauh dari tempatku masak.

"Bikin nasi goreng ya?" Asa mengenduskan hidungnya "Baunya enak."

Aku mematikan kompor. Lalu aku menyajikan nasi goreng itu ke piring. Dan menaruhnya di atas meja makan.

Asa menelungkupkan kepalanya di atas meja. Aku menepuk pundaknya pelan.

"Sa. Mandi dulu sana. Sudah itu sarapan," namun, betapa kagetnya aku ketika menyentuh tanganya.

"Sa. Kamu demam?" tanyaku sedikit panik, "hey. Sa."

Kemudian, Asa mendongak, "Aku baik-baik aja kak."

"Tapi badan kamu demam loh."

"Mungkin kurang tidur aja kak. Semalam aku susah tidur."

"Yaudah kalau gitu. Kamu izin dulu aja sekolah hari ini. Ya?"

Asa menggeleng. "Jangan kak, aku mau tetep sekolah."

"Badan kamu demam, Sa."

"Aku masih kuat kak. Badan doang yang demam."

Aku menghela nafas, "Yaudah kalau gitu gimana baiknya kamu aja," aku mengusap pundaknya, "Mandi sana, sudah itu kita sarapan."

Asa mengangguk, "Iya kak."

***

Aku keluar ketika mendengar suara ketokan pintu. Ternyata Abian yang datang. Penurut juga dia.

"Masuk, Bi. Asa nya masih siap-siap di dalam."

"Enggak usah kak. Aku di sini aja," lalu Abian duduk di kursi dan merogoh kantung bajunya. Aku melotot kala melihat kotak rokok yang ia keluarkan.

Aku langsung merebutnya, "Ini masih pagi, dan kamu masih terlalu muda untuk hal kayak ini."

Dengan wajah memerah Abian tidak terima, "Kak. Balikin, itu punya gue."

Abian mencoba merebutnya dariku. Namun langsung ke lempar ke tempat sampah di depan sana.

"Rese lo, Kak." Abian kembali ke tempatnya.

Aku tersenyum menang. Aku ikut duduk di sampingnya.

"Kamu itu masih muda. Jalan kamu masih panjang. Lagian itu bukan hal yang baik untuk remaja seumuran kamu."

One More Time ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang