Happy reading....
Kicau burung dipagi hari menjadi suara pertama yang Rasya dengar saat membuka mata. Matanya mengerjab menyesuaikan cahaya yang masuk kedalam retina matanya. Senyuman bahagia dari bundanya yang pertama kali Rasya lihat membuatnya ikut menarik senyum tipis.
"Anak bunda udah bangun. Ada yang sakit nggak?" Pertanyaan dari sang bunda hanya dijawab dengan gelengan pelan.
Tangan halus sang bunda mengelus rambut sang putra kesayangan.
"Mau minum? Adek pasti haus kan?"
Kali ini Rasya mengangguk. Tenggorokannya terasa sangat kering enth sudah berapa lama dia tak minum.
Bunda meraih gelas kaca yang ada diatas nakas dan membantu Rasya minum.
Setelah itu ia kembali menyuruh Rasya berbaring.
"Ayah mana bun?" Rasya bertanya dengan suara yang lirih. Jujur saja dia masih merasa lemas. Badannya sakit semua dan perut bagian bawahnya masih terasa perih serta nyeri.
"Ayah sama Kak Willy kerja, Kak Leo sama Kak Reo sekolah." Jawab bunda sambil tersenyum tipis.
Rasya melihat wajah ayu bundanya yang nampak lesu. Mata cantiknya nampak sembab, gurat khawatir dan lelah terlihat jelas dimata Rasya.
Diraihnya tangan sang bunda dan digenggamnya erat.
"Bunda jangan sedih Rasya kan nggak papa. Sebentar lagi juga udah boleh pulang." Senyum simpul terukir diwajah pucat Rasya.
Air bening yang membingkai mata sang bunda terasa ingin menetes. Dibalas genggaman sang bungsu dan terisak pelan.
"Adek jangan sakit lagi, bunda khawatir. Bunda takut banget dek."
Rasya bangkit dan memeluk tubuh ramping ibunya.
"Rasya minta maaf udah buat bunda khawatir. Rasya janji nggak bakal sakit lagi."
Setelah beberapa menit akhirnya pelukannya terlepas.
"Yaudah adek istirahat ya. Kan masih butuh banyak istirahat."
Bibir pucat itu mengerucut lucu.
"Rasya capek bun kalau tidur terus."
Satu alis bunda terangkat.
"Terus adek mau apa?"
Tangan mungil itu nampak diketuk ketukkan pada dagu. Seketika senyum secerah matahari itu terbit.
" Rasya mau jalan-jalan bunda."
Sang bunda nampak berfikir sejenak.
"Ok kita jalan-jalan tapi ke taman aja ya."
Rasya mengangguk semangat.
"Tapi pakai kursi roda ya. Kan Adek masih lemes."
Rasya kembali mengangguk. Tak apa memakai kursi roda yang terpenting dia bisa menghirup udara segar sebentar.
Bunda mengambil kursi roda dan membantu Rasya duduk disana. Kedua tangannya mendorong kursi roda sedangkan Rasya memegang kantong infus yang masih harus ia gunakan.
Setelah sampai ditaman, bunda duduk dikursi taman dan Rasya duduk di kursi rodanya. Matanya memandang anak-anak yang sedang bermain bersama.
Salah satu anak laki-laki menghampiri Rasya. Kepalanya botak dengan pipi yang tirus dan kulitnya yang pucat pasi. Meskipun demikian senyumnya masih mengembang sempurna.