Happy reading....
Setelah mendekam di rumah sakit selama hampir dua minggu akhirnya Rasya bisa pulang ke rumah.
Tepat pukul delapan pagi Rasya sudah siap untuk pulang. Dia dijemput oleh Ayah dan ibunya. Sementara kakak-kakaknya sedang sekolah dan kerja.
"Adek jangan lari dong. Nanti jatuh lho." Peringatan dari Bunda tidak membuat Rasya berhenti. Dia masih memacu langkah kakinya.
"Berhenti atau kita tidak jadi pulang." Suara dingin sang Ayah membuat Rasya langsung memelankan langkahnya.
Ayah dan bunda melangkah lebih cepat. Ayah langsung menggendong Rasya ala koala.
"Ihh Ayah. Rasya itu udah besar jadi nggak usah digendong lagi." Ucap Rasya dengan pipi menggembung lucu.
Ayah menatap Rasya sebentar lalu fokus kembali memandang ke depan.
"Kamu baru sembuh. Mau diinfus lagi?" Jawaban dari Sang kepala keluarga membuat Rasya menggelengkan kepalanya cepat.
"Ndak mau. Disuntik tu kan sakit. Nanti tangannya bengkak. Terus besar. Terus sakit. Terus.."
"Terus adek nangis." Belum sempat Rasya meneruskan perkataannya sang Bunda yang berjalan disamping ayahnya sudah menyambung perkataannya.
Mata Rasya melotot lucu.
"Ihh enggak ya. Rasya itu nggak nangis." Bantahnya.
"Nggak nangis tapi kok air matanya keluar." Jawab Bunda dengan satu alis terangkat.
"Yang nangis bukan Rasya tapi mata Rasya."
"Halah bisa aja ngelesnya." Sang Bunda tidak mau kalah dari anaknya. Sementara Ayah hanya geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Ayah ayo pulang. Rasya udah kangen pacar Rasya." Kata Rasya sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang Ayah.
Sepasang suami istri itu seketika menoleh kearah Rasya. Mereka terkejut.
"Apa?Adek udah punya pacar?" Tanya ibunya. Bahkan mereka menghentikan langkahnya.
Rasya mengangguk lucu. Matanya menatap polos kedua orang tuanya.
"Siapa namanya?"
"Adek masih kecil belum boleh pacaran"
"Adek kok nggak cerita."
Dan masih banyak pertanyaan yang di lontarkan orang tuanya.
Mata Rasya mengerjab polos. Dia jadi bingung.
"Kan pacar Rasya ada di kamar." Lirihan dari Rasya sekali lagi membuat dua orang itu melotot tak percaya.
"Siapa yang ngajarin dek?"
"Namanya siapa? Berani-beraninya pacaran sama babynya ayah."
"Ihhh maksud Rasya itu kasur, bantal, sama guling Rasya."
Helaan nafas lega terdengar dari bibir kedua orang dewasa itu.
Mereka melanjutkan langkah mereka dan bergegas menuju mobil yang akan membawa mereka ke rumah.
*****
Di mobil,Rasya terus saja mengoceh. Semua yang dia inginkan dia ucapkan begitu saja. Bahkan banyak keinginan random yang ia sampaikan. Sementara Ayah dan bunda hanya menyimak saja.
"Ayah sama Bunda tahu nggak Rasya itu kangen banget ngambil batu dari sekolah terus dibawa pulang. Udah lama Rasya nggak ngambil batu." Ceritanya dengan binar bahagia yang nampak nyata.