Happy reading
Senang. Satu kata yang mewakili perasaan Rasya saat ini. Bagaimana tidak? Hari ini ia sudah bisa berangkat sekolah walaupun harus dengan wejangan panjang dari keluarganya.
"Selamat pagi dunia. Selamat pagi semuanya." Senyum secerah matahari dipadukan dengan suara khas seorang Rasya membuat suasana sarapan menjadi kian hangat. Senyum tipis terukir dari bibir semua anggota keluarganya.
Setelah mendapat jawaban dari keluarganya Rasya lalu duduk disamping Willy, kakak pertamanya.
Setelah sarapan Rasya berangkat dengan diantar oleh Willy. Kakak pertamanya itu memang jarang ada dirumah. Kemarin saja baru pulang dari luar negeri.
"Kerjaan kakak udah selesai?" Tanya Rasya memecah hening yang menyelimuti mereka.
Willy menoleh sebentar lalu kembali fokus ke jalan.
"Udah."
Rasya hanya mengangguk angguk tanda mengerti. Hening kembali menyelimuti. Rasya lalu menyalakan radio. Dia sangat bosan.
"Nanti jangan makan yang aneh-aneh. Harus nurut sama Kak Reo. Jangan bantah."
"Ihh iya. Nggak nakal kok. Kakak kan galak. Tapi Rasya sayang."
Willy tak mampu menyembunyikan senyumnya. Adiknya itu selalu bisa membuatnya tersenyum.
"Kak. Rasya sayang sama semuanya. Kalau besok Rasya lahir lagi Rasya masih mau jadi saudaranya kakak dan anaknya Ayah sama bunda. Maafin Rasya belum bisa balas semua kebaikan kalian."
Suasana mendadak menjadi lebih menegangkan hawa dingin seketika menguar dimobil itu. Pegangan tangan Willy menguat pada setir mobil. Kenapa perasaannya mendadak tidak enak. Apa yang ia takutkan. Bukankah Rasya memang suka berbicara aneh.
Mencoba menghembuskan nafas perlahan kemudian menoleh sebentar pada adiknya.
"Kamu ngomong apa sih?"
Rasya menoleh pada kakaknya sambil minum susu yang ia bawa.
"Rasya kan cuma ngomong apa yang Rasya rasain. Kakak mah gimana sih." Bibirnya mengerucut lucu. Dia sebel sama kakaknya bikin nggak mood aja.
Tangan kekar Willy mengusak rambut halus adiknya.
"Jangan ngomong seolah-olah kamu mau pergi dari kakak."
"Iya enggak. Rasyakan bakal selalu ada disamping kakak."
Percakapan mereka harus terhenti karena Rasya sudah sampai di sekolahnya. Rasya lalu turun setelah mendapat banyak wejangan dari kakaknya.
Sementara Willy merasa entahlah. Perasaannya sulit dijelaskan. Willy menepis semua pikiran buruknya lalu bergegas kekantor.
*****
Rasya berjalan melewati koridor sekolah dengan riang. Suasana hatinya sedang baik sekarang. Senyumnya tak pernah luntur dari tadi membuat orang-orang mengira mungkin Rasya aneh.
"Selamat pagi semuanya." Sapa Rasya begitu ia sudah tiba dikelas.
"Pagi Rasyaaa." Jawaban serentak dari teman-teman satu kelasnya membuat Rasya terkekeh geli.
Kakinya melangkah menghampiri teman-temannya.
"Tumben berangkat agak siang?" Tanya Exell pada Rasya. Karena tidak biasanya Rasya berangkat siang.
"Hooh kan dianter Kak Willy jadi agak siang sikit." Mereka bertiga mengangguk tanda mengerti.
"Kalian main apa sih kok seru banget." Tanya Rasya pada Dika dan Diki. Daritadi mereka teriak-teriak terus membuat telinganya sakit aja.
"Ini namanya ff. Rasya mau coba main?"
Mata Rasya seketika berbinar. Dia merasa senang.
"Mau mau."
"Nggak boleh." Suara sikutup es membuat Rasya mengurungkan niatnya. Bibirnya sesekali dimaju majukan dengan pipi yang menggembung lucu.
"Exell mah gitu. Rasya pokoknya ngambek." Rasya mengalihkan pandangannya dan melipat tangannya didepan dada. Kebiasaannya saat sedang ngambek.
Sementara Exell hanya mengangkat bahunya acuh.
"Ihh kok nggak dibujuk sih?" Rajuk Rasya.
"Pengen banget dibujuk ya cil?" Tawa ketiganya kembali mengudara. Mereka menggoda Rasya habis-habisan.
"Tauk ah Rasya ngambek beneran."
"Heh bocil mana ada ngambek bilang-bilang." Kata Diki dengan pandangan yang masih fokus ke hp.
"Ada. Ini buktinya." Kata Dika sembari melirik sekilas pada Rasya.
"Bodolah. Rasya mau pergi aja. Awas kalau kangen."
Rasya bangkit kemudian menuju ke kantin.Bosen dia tu. Yang dia lakukan hanya memainkan sedotan yang ada di gelasnya.
Jam istirahat tiba. Reo menghampiri adiknya yang berada dimeja sudut kantin. Tumben sekali adiknya ini sendirian. Para pengawalnya kemana.Itulah yang sedang dipikirkan oleh seorang Reo.
"Sendiri? Yang lain mana?" Tanya Reo begitu ia tiba didepan adiknya.
Muka Rasya langsung cemberut. Masih sebel sama teman-temannya. Belum sempat Rasya menjawab,datanglah ketiga temannya itu.
"Ahelah cil masak gitu aja ngambek." Dika mengambil tenpat di samping kanan Rasya.
Rasya hanya meliriknya sebentar. Kemudian kembali fokus ke sedotannya. Sementara Reo mengerutkan dahinya merasa bingung dengan adiknya itu.
"Rasya kenapa sih?" Tanya Reo sambil mengusap surai hitam lembut itu.
Rasya mengerucutkan bibirnya.
"Rasya tu capek. Pengen bobok."
"Yaudah ke UKS aja biar kakak temenin."
Rasya mengangguk lalu bangkit dan berjalan terlebih dulu. Sementara Reo ikut menyusul di belakangnya.
Sampai di UKS Rasya langsung merebahkan badannya.
"Jangan dibangunin." Pesan Rasya sebelum menutup matanya.
"Iya. Enggak."
Mata bulat nan indah itu terpejam damai sementara sang abang duduk sambil bermain game online."
Reo sangat bosan sekarang. Menunggu adiknya tidur sangat membosankan.
Ini sudah masuk jam terakhir tapi adiknya yang manis nan menyebalkan itu tak kunjung bangun. Tumben sekali. Biasanya dia akan lekas bangun dan merengek. Reo pun membangunkan adiknya itu.
"Dek... Rasya.. Heyy bangun udah siang." Kata Reo sembari mengelus rambut hitam pekat milik Rasya namun tak ada tanggapan. Ok Reo masih berfikir positif. Mungkin adiknya ini sangat lelah. Diguncangkannya lagi badan Rasya. Namun tak ada jawaban. Reo mulai panik.
"Dek.. Ayo bangun sayang. Udah hampir pulang." Suara Reo terdengar bergetar. Ada isakan yang ia tahan.
"Rasya bangun!! "
Reo makin kalap. Adiknya tak merespon apapun. Dengan tangan gemetar ia menelpon ambulan berharap adiknya lekas ditangani.
Jangan lupa tinggalkan jejak. Maaf masih banyk typo. Maaf juga belm bisa up teratur.