Happy reading
Aksi ngambek Rasya masih berlanjut. Membuat keluarganya hanya bisa mengelus dada sabar. Heran juga kenapa Rasya pengen banget punya mobil padahal kan ada supir dan kakaknya.
"Rasya sayang makan dulu yuk. Nanti bunda kasih es krim deh." Bujuk sang bunda. Pasalnya anaknya ini belum makan malam.
"Nggak mau Rasya maunya mobil. Bunda sama ayah nggak sayang Rasya." Mata Rasya memerah dan mulai berkaca-kaca. Sedangkan bunda mengerutkan alisnya bingung. Apa kasih sayangnya masih membuat anaknya merasa kurang?
"Kok Rasya bilang gitu sih. Bunda sama ayah itu sayang banget lho sama Rasya." Tanya sekaligus jawab bunda sembari mengelus surai halus putranya.
Rasya melihat ke arah bundanya.
"Habisnya bunda sama ayah pelit sama Rasya. Coba kalau yang minta mobil kak Reo atau Kak Leo pasti langsung dibeliin. Apa jangan-jangan Rasya bukan anak bunda sama ayah ya." Tangisan Rasya pecah. Air matanya tak berhenti mengalir.
Sang bunda memekik kaget.
"Ya Allah sayang. Kok Rasya berfikir gitu sih. Rasya itu anaknya bunda sama ayah bunda nggak suka Rasya bilang gitu." Melihat bunda menangis membuat Rasya merasa bersalah. Tangan kecilnya bergerak memeluk bundanya.
"Bunda maafin Rasya ya. Rasya salah. Bunda jangan nangis."
Tangisan bunda malah tambah kencang.
"Tapi hiks Adek janji hiks ya nggak boleh hiks ngomong gitu lagi."
"Iya bunda Rasya minta maaf."
Sang bunda mengangguk dan mbalas pelukan Rasya.
"Yaudah sekarang Rasya makan dulu ya."
Bunda menyuapi Rasya hingga makanannya habis. Setelah itu ikut brrbaring disamping anaknya dan membdrikan pelukan hangat hingga bungsunya tertidur.
*****
Pagi ini Rasya bangun masih terlalu pagi. Bahkan matahari pun masih nampak malu-malu. Rasya bergegas mandi dan langsung memakai seragamnya. Turun ke bawah saat jam masih menunjukkan pukul 06.00.
"Loh kok adek tumben udah siap?" Tanya bunda merasa heran.
Rasya hanya menunjukkan senyum manisnya. Gigi putihnya ikut terlihat saat anak itu tertawa.
"Rasya pengen bantuin bunda. Rasya kan nggak pernah bantuin bunda."
Sang bunda merasa heran tak biasanya anaknya ini mau membantunya.
"Adek duduk manis aja disini ya. Nanti biar bunda siapin sarapan."
Rasya menggeleng lucu.
"Nggak mau. Rasya maunya bantuin bunda. Biar Rasya pernah bantuin bunda walaupun cuma sekali sih."
Bunda menghela nafas. Kenapa sih anaknya keras kepala sekali.
"Yaudah. Adek ambil piring aja. Terus ditata di atas meja ya."
Rasya mengangguk semangat. Tangan mungilnya mulai mengambil dan menata piring-piring untuk sarapan keluarganya. Hingga tiba-tiba.
Prang
Suara piring pecah membuat bunda terlonjak kaget dan segera menghampiri bungsunya.