Happy reading
"Ayah kita pulang aja yuk. Rasya kan nggak-papa." Kata Rasya. Saat ini Rasya,Reo dan ayah sedang ada di koridor rumah sakit.
"Kenapa sih adek? Udah nggak-papa kok kita cuma mau cek keadaan adek." Jawab ayah sambil menatap lurus kedepan.
Rasya cemberut dia menggigit pundak ayahnya keras.
"Aduh kok digigit sih dek. Untung nggak jatuh. Coba kalau adek jatuh pasti langsung nangis ngerengek sakit." Kaget ayah. Pasalnya sekarang Rasya sedang ada di gendongannya dan bagaimana jika tadi anaknya ini jatuh.
Ayah bahkan tidak mempermasalahkan pundaknya yang sudah digigit dia hanya kesal dengan sifat ceroboh bungsunya ini.
Rasya makin cemberut. Bibirnya bahkan dimajukan membuatnya mirip dengan mulut bebek.
"Kenapa manyun gitu? Bibirnya minta di kucir?" Tanya Willy melihat bibir adiknya yang dimajukan.
"Ihh enggak kok. Rasya tu sebel sama ayah."
"Adek mau ayah marah terus sedih?" Tanya Reo dengan ekspresi wajah yang dibuat sedatar mungkin.
Rasya menggeleng singkat lalu memeluk leher ayahnya.
Akhirnya mereka sampai di ruangan dokter pribadi mereka. Mereka melangkah masuk dan disambut senyum menyebalkan seorang dokter tampan.
"Halo pasien kesayangannya om. Apa kabar?" Tanya dokter yang bernama Reno itu. Dia adalah dokter sekaligus adik dari ayahnya.
"Ohh tunggu-tunggu kenapa mukamu bisa lebam seperti itu?" Lihatlah bahkan pertanyaannya tadi belum dijawab kenapa dokter ini bertanya lagi. Cerewet satu kata yang dipikirkan Rasya.
"Ada orang yang menghajarnya. Sekarang periksa dia. Aku takut ada luka dalam." Jawab sekaligus perintah ayah.
Dokter itu mengangguk dan memeriksa Rasya setelah dibaringkan di ranjang pemeriksaan.
"Apakah orangnya sudah ditemukan?" Tanya Reno. Dia juga merasa kesal siapa yang berani melukai keponakan tersayangnya ini.
"Om tenang aja. Bahkan aku sudah memberinya sedikit pelajaran." Jawab Willy dengan nada yang mengintimidasi.
Reno mengangkat sebelah alisnya.
" Kenapa hanya sedikit? Harusnya kau hancurkan sampai ke akarnya."
Ok Rasya merinding mendengar pendapat om-nya.
"Om katanya mau periksa Rasya. Rasya capek tahuuu. Pengen bobok." Rengek Rasya sekaligus mengalihkan pembicaraan.
Reno kembali menatap Rasya.
"Oh baiklah sepertinya babynya om ini sudah sangat mengantuk."
Reno lalu memeriksa Rasya sesekali dia bertanya bagian yang sekiranya membiru.
"Adek nggak-papa. Tapi diusahakan makan bubur dulu satu minggu ini. Perutnya sedikit bermasalah." Kata Reno setelah memeriksa Rasya.
Mereka mengangguk lalu pamit untuk pulang.
Rasya sudah tidur sedari tadi diperjalanan pulang.
*****
"Hoammm." Rasya menguap. Matanya mengerjab-ngerjab lucu. Melihat sekeliling ternyata dia sudah berada dikamarnya. Bajunya juga sudah diganti. Melirik ke nakas, ternyata sudah malam.
Rasya beranjak dari tempat tidur lalu berjalan menuruni tangga menuju meja makan. Sesekali punggung tangannya mengucek matanya yang terasa perih.