"Kenapa?"
"Ini kesekian kalinya kau tanya. Aku sudah mengatakannya tadi. Kenapa bertanya lagi?"
Helaan napas keluar dari belah bibir namja yang tengah duduk di bangku samping kemudi sebuah mobil tempatnya berada sekarang. Ia menolehkan pandangannya ke luar jendela.
Watanabe Haruto. Namja asal Fukuoka, Jepang yang duduk di bangku kemudi melirik ke namja lain yang tadi mengajaknya bicara. Sebuah senyum tampan terukir di paras pangerannya kala ia sadar lawan bicaranya sudah menyerah bertanya.
Mobil jenis hyundai dengan warna hitam yang dikendarai Haruto itu kini mulai memasuki wilayah sebuah mansion megah.
Kendaraan beroda empat itu bejalan dengan kecepatan sedang melewati jalan menuju bangunan utama mansion. Pemandangan pepohonan dan beberapa tatanan tanaman di halaman depan mansion membuat lawan bicara Haruto tadi terperangah.
Semua itu terlihat indah di pandang. Ck. Suasana mansion CEO di perusahaan tempatnya bekerja memang beda. Ini kali pertama ia menginjakkan kaki di mansion Haruto.
"Di halaman belakang, ada lebih banyak tumbuhan dengan tatanan yang lebih cantik. Kau bisa memfotonya kapan saja kau mau," ujar Haruto yang membuat orang di sampingnya menoleh heran.
"Dari mana-"
"Dari mana aku tau hobimu foto-foto itu, bukan urusanmu."
Lagi. Helaan napas keluar dari belah bibir lawan bicara Haruto. Satu lagi sifat atasannya yang baru ia tau. Memutuskan kalimat orang lain yang sedang bicara. Huft.
Sampai di depan bangunan utama, Haruto tak segera melepas belt nya. Ia menoleh pada orang di sampingnya yang masih diam. Kepala Haruto menggeleng pelan. Ia lalu melepas belt nya lebih dulu dan kemudian mencondongkan tubuhnya ke orang tadi.
Tangan Haruto bergerak meraih belt yang dipakai orang di sampingnya. Melepasnya tentu saja.
"Ayo turun!" titah Haruto.
"Tapi-"
"Ck. Lama."
Klek
Blam
Haruto keluar lebih dulu dari mobil. Ia lalu berjalan memutar dengan langkah lebarnya. Orang yang masih di dalam hanya memperhatikan pergerakan Haruto.
Ia melihat Haruto berjalan ke arahnya. Tangan Haruto pun membuka pintu samping kemudi. Tangan itu pula yang kemudian terulur pada orang yang masih duduk.
"Aku akan menarik mu keluar dengan paksa jika kau tidak menerima uluran tangannku."
Oke. Satu lagi sifat baru Haruto yang orang itu ketahui. Pemaksa.
Dan- mau tidak mau, uluran tangan Haruto terpaksa ia terima. Haruto tersenyum dan membantu orang tadi keluar dari mobil.
Haruto memberikan kuncinya pada seorang supir pribadinya dan menyuruhnya mengembalikan mobil ke garasi karena Haruto takkan kemana-mana lagi setelah ini. Lagi pun, hari sudah sore menjelang senja.
Ia lalu berjalan beriringan dengan orang yang tadi berada di mobil bersamanya. Keduanya melangkah menuju pintu utama mansion. Haruto dengan langkah tegapnya dan orang di sampingnya dengan langkah penuh keraguan.
Dan ya, Haruto menyadari itu. Ia memelankan langkahnya dan menggeser tubuhnya mendekati orang itu saat keduanya hampir sampai ke pintu utama di mana ada dua bodyguard yang membuka daun pintu.
"Welcome- di rumah baru mu."
◃───────────▹
"Explain to me 'cause I deserve it."
"Begitukah cara mu menyambut ku pulang, Watanabe Jeongwoo?"
"Why? Aku salah apa?"
Haruto menghela napas melihat sikap Jeongwoo. Ia berusaha maklum pada namja yang berstatus pasangannya itu. Netranya menatap Jeongwoo yang juga menatapnya penuh selidik dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada.
"Aku baru pulang dan kau menitah ku begitu?"
Jeongwoo mendengus.
"Lalu aku harus bagaimana? Kau pulang tanpa cheesecake yang ku minta, tapi kau membawa seseorang yang aku tau ia adalah bawahan mu di kantor. Jelas bahwa aku butuh penjelasan mu, Haruto Watanabe."
Haruto menggaruk pelan ujung hidungnya.
"Siapkan kamar untuknya, dan bawa dia ke sana."
Bukannya menggubris Jeongwoo, Haruto justru memberi perintah pada salah satu maid yang berdiri berbanjar dengan maid lain menyambut kedatangannya.
Ia menatap orang yang baru saja masuk dengannya. Memberi kode agar ia mengikuti maidnya. Dan- ya, karena ia tau melawan Haruto hanya buang-buang tenaga, ia pun melangkahkan kakinya mengikuti maid yang Haruto beri perintah tadi. Melirik sekilas pada Jeongwoo dan membungkuk kecil.
Jeongwoo hanya diam menatap pergerakan orang yang Haruto bawa. Ia lalu kembali menaruh atensinya pada Haruto.
"Sekarang, katakan padaku."
"Tidak bisa kah kita bicarakan ini baik-baik?"
"T-i-d-a-a-k."
Jeongwoo mengangkat tangannya dan memberi sinyal pada para maid untuk meninggalkan mereka.
"Jeongw-"
"Kenapa kau membawa bawahan mu kemari dan meminta maid menyiapkan kamar?"
"Dia punya nama dan dia lebih tua darimu. Jadi tolong sopan santunmu."
"Katakan padaku bahwa kau tidak-"
"Hm. Aku menikahinya."
Jeongwoo menarik napasnya dalam. Ia memejamkan matanya sejenak dan menunduk sebelum akhirnya kembali menatap Haruto.
"Without my permission?!"
Haruto menghembuskan napasnya berat.
"I'm sorry 'bout it-"
"Semudah itu mulutmu mengeluarkan maaf?!"
Prok prok
Belum juga Haruto menanggapi perkataan Jeongwoo, ia kembali menutup mulut saat mendengar Jeongwoo bertepuk tangan dua kali.
"Selamat... Selamat Haruto Watanabe, karena kau telah menjadi tokoh antagonis dalam kisah ini!"
Coming soon.
정현재.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionSiapa yang antagonis dan siapa yang protagonis? Haruto yang mengundang orang lain masuk dalam pernikahannya? Jeongwoo yang tidak suka dengan kehadiran orang yang Haruto bawa? Atau Yedam si orang asing yang tidak tau kenapa takdir membuatnya hidup di...