. • the twentythird

607 89 17
                                    

"Okaasan kenapa tidak memberitahu kalau akan kemari?" tanya Haruto yang menatap kesal sang ibunda yang sedang menikmati makan malam beliau.

"Kenapa harus memberitahu mu?" tanya balik sang ibunda tanpa menatap si anak.

"Ya kan- kode-kode gitu. Biar Haruto bisa jemput ke bandara. Gak perlu telepon supir juga jadinya kayak tadi."

"Okaasan ragu kau mau menjemput okaasan." okaasan Haruto mengangkat sumpit beliau dan menudingkannya pada Haruto. "Karena okaasan tau, kamu sibuk berduaan sama Yedam. Ne, Yedamie?" ujar beliau bertanya memastikan pada Yedam dengan nada yang lebih lembut.

Untungnya makanan di mulut Yedam sudah habis, jadi ia tidak tersedak mendengar perkataan mertuanya.

Yedam hanya tersenyum canggung menanggapinya.

Sungguh, kedatangan okaasan Haruto sangat surprise. Dan kegiatan malam mereka harus di tunda karenanya.

Haruto dan Yedam membersihkan diri dan kemudian keluar kamar untuk makan malam dengan okaasan Haruto. Sementara Haruto kesal, Yedam tidak tau harus bersikap apa selain- canggung.

Jarang-jarang Yedam secanggung itu. Kalau bukan di hadapan orang tua Haruto ya- tidak akan begitu.

"Memangnya ada urusan apa okaasan datang kemari?" tanya Haruto lagi sambil melahap makanannya.

"Since, hari ini adalah perceraian mu dengan Jeongwoo, okaasan kemari untuk mengecek kondisi anak itu. He's better than my expectation."

Haruto mengangguk paham. "Of course. He's Jeongwoo. Namja barbar yang malas menggalau, meski ada saja saat saat tertentunya untuk menggalau."

"Hari ini perceraian kalian?" pungkas Yedam yang membuat kedua orang di meja makan selain dirinya, menoleh padanya.

"Kau tidak memberitahunya, Haruto?" tanya sang ibunda.

"Ah- eto- anoo.. Eum- there's something- happened. I mean- you know, mom. Eum- Jihyo."

Okaasan Haruto langsung menangkap maksud dari dialog Haruto yang tergagap itu. "Ah, okaasan paham. Otousan mu memberitahu ku beberapa waktu lalu. Yedam mendapat semua penjelasan yang harus ia dapat kan?"

Haruto mengangguk pasti. "Hai."

"Mianhae hyung, aku tidak memberitahu mu. Aku takut itu jadi memperburuk suasana di antara kita."

"Iya, tapi kenapa kamu tetep gak kasih kabar sih kalau kalian cerai hari ini?"

"Literally- tadi pagi. Iya karena aku tidak ingin memperburuk keadaan."

"Dan kenapa Jeongwoo tidak memberitahu ku juga?"

"Hey, love- chill. Don't panic. Okay?"

Haruto mencoba menghentikan kepanikan Yedam dengan menggenggam tangan namja itu dan menatap kedua netra Yedam.

"Aku yang melarang Jeongwoo memberitahu kannya padamu. Dan aku benar-benar minta maaf karena itu. Kalau hyung mau menemui Jeongwoo, akan ku antarkan. Ne?"

Cup

Ciuman lembut Haruto berikan pada kening Yedam. Mencoba menenangkan Yedam yang pasti masih saja menyimpan rasa bersalah atas perceraian Haruto dengan Jeongwoo.

Yedam hanya mengangguk pelan.

Interaksi keduanya di hadapan okaasan Haruto, membuat beliau tersenyum. Perlakuan lembut Haruto pada orang yang dicintanya adalah sesuatu yang baru di depan sang ibunda. Di Jepang kemarin, Haruto tidak terlalu memperlihatkan sikap penuh cintanya pada Yedam. Mungkin karena ada orang tuanya. Diam-diam, Haruto kan pemalu juga.

•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang