. • the sixth ⚠

1.1K 124 37
                                    

"Baiklah. Tapi ada syaratnya."

Yedam membuang napasnya jengah. Syarat lagi. Gitu aja terus tiap ia minta sesuatu pada Haruto. Bisa dibilang barter mungkin. Atau seperti menggunakan surat perjanjian.

Haruto ini cari untung sekali ya.

"Iya oke. Apa syaratnya?"

Mendengar Yedam, membuat Haruto tersenyum penuh arti. Ia yang awalnya duduk sila di atas kasur, beranjak dan mendekati Yedam yang duduk di kursi depan meja desknya.

Yedam sendiri hanya menatap setiap pergerakan Haruto. Pandangannya lalu dikunci oleh Haruto saat namja Jepang itu kembali mengurungnya dengan lengannya seperti sebelumnya.

Entah otomatis atau bagaimana, saat pandangan Haruto bergerak turun ke bibir Yedam dan kemudian balik ke netra Yedam, Yedam juga mengikuti gerak pandang Haruto.

Wah, feelingnya buruk.

"Setiap pagi, saat aku bangun di kamar ini, you have to give me a morning kiss. How's it?" ujar Haruto tanpa melepas pandangannya dari netra si lawan bicara.

Nah kan, cari untung.

Sebenarnya, Haruto tidak ada maksud memaksakan Yedam sih. Maksudnya, perasaan namja itu. Tapi, Haruto pikir, itu bisa jadi cara untuk membuat Yedam menaruh rasa pada Haruto.

Masa cintanya Haruto bertepuk sebelah tangan sih. Kan gak epic.

Cukup sudah Haruto jadi pihak yang kesucian bibirnya hilang karena Yedam. Sedangkan Yedam sendiri tidak. Jujur saja, Haruto masih tidak terima itu. Kenapa bukan dia yang mengambil first kiss Yedam? Why?!

Tapi, ya sudahlah. Yang penting, Yedam sekarang hanya milik Watanabe Haruto seorang.

"Oh, dan itu di mulai besok pagi kalau kita deal malam ini." tambah Haruto.

Yedam sendiri masih diam. Mode terkejut sih. Ya habisnya, syarat macam apa yang Haruto minta itu? Kan- agak- bagaimana ya..

Iya, baiklah. Yedam akui keduanya belum pernah berciuman (re:kecup) lagi setelah hari pernikahan mereka di altar beberapa bulan lalu. Mungkin dua atau tiga bulan lalu.

"Eum- syarat lain? Tidak ada?" Haruto menggeleng.

Ia lalu menggerakkan ibu jari kanannya untuk menyentuh ujung bibir Yedam. Yedam hanya melirik sekilas dan kemudian kembali fokus dengan tatapan Haruto.

"Aku hanya pernah menyentuhnya sekali dengan bibirku. Aku belum pernah merasakannya dengan baik dan benar. Dan aku terus menahan diri untuk tidak merasakan bibirmu tanpa izin mu. So, syarat satu ini ide bagus bukan?" tanya Haruto setelah curhatan singkatnya.

Yedam kembali diam mendengarnya. Sebegitunya Haruto menjaga perasaan Yedam? Lupakan soal Haruto yang takkan melakukan hubungan intim tanpa persetujuan Yedam, i mean- Haruto tak pernah mau melakukannya jika Yedam masih belum mencintainya. Bahkan sekadar ciuman saja, Haruto menahan diri.

Bagus. Yedam merasa jadi penjahat di sini. Bukan hanya masuk ke tengah-tengah pernikahan Haruto dan Jeongwoo, ia kini juga membuat Haruto berkali-kali menahan hasratnya. Padahal, sudah kewajiban Yedam 'melayani' Haruto kan ya?

Terkutuklah hati Yedam yang belum sangat siap jatuh pada Haruto. Ia punya terlalu banyak ketakutan.

Tapi, Haruto juga tak mungkin menyimpan rasa pada Yedam dalam waktu yang sekejap bukan? Pernikahan mereka hanya- sebuah ketidaksengajaan bukan?

"Aku menunggu kata 'setuju' keluar dari bibirmu, hyung." final Haruto sembari menjauhkan diri dari Yedam dengan senyumnya.

"Ada beberapa berkas yang harus ku garap di ruang kerja. Nanti aku tidur sini lagi. Oke? Bye, Damie hyung." ujarnya sebelum benar-benar menghilang di balik pintu kamar Yedam.

•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang