. • the eighteenth

470 97 16
                                    

"Ha? Apa? Honey moon? Hm, sounds gr- akh."

Yedam menatap tajam Haruto setelah menginjak kaki laki-laki itu sambil mengambil gelas minumnya dan mencoba melegakan tenggorokannya karena baru saja ia tersedak setelah penuturan ayah mertuanya.

Haruto berdigik ngeri sendiri saat dilempari death glare oleh Yedam.

"Eum, hehe. Iya sih sounds great. Tapi, Haruto sama Yedamie hyung berencana langsung balik setelah urusan di sini selesai karena otousan tau sendiri kami lagi ada project. Ne otousan?" lanjut Haruto setelah sebelumnya dialognya terputus.

Suami takut istri (re:suami) mode activated.

"Ah, iya juga." gubris sang otousan.

Yedam dan Haruto hanya tersenyum juga. Okaasan Haruto sudah menahan tawa melihat tingkah kedua anak adam di hadapannya sementara sang suami terbawa dengan perkataan Haruto.

"Honey moon dadakan lah. Kerjaan project kalian bisa diurus oleh otousan mu, Haruto."

Tik

Otousan Haruto menjentikkan jari mendengar perkataan istri beliau.

"Okaasan mu ada benarnya, Haruto."

Haruto melirik Yedam, bertanya harus menanggapi seperti apa lagi kalau sudah begini. Yedam menyipitkan matanya. Berpikir dan berpikir.

"Teman otousan pemilik komplek villa di Osaka. Otousan bisa urus villanya. Kalian ke sana lah."

Gelengan kecil dari Yedam Haruto dapatkan. Haruto jadi bingung sendiri. Ia berusaha mencari alasan yang lebih mantap untuk menolak tawaran otousannya.

"Maybe next tim, otousan. Aku dan Yedam hyung harus kembali ke Seoul segera setelah urusan di sini selesai."

"Jangan terlalu memikirkan pekerjaan. Take your time selagi ada." ujar okaasan. "Tapi, kalau memang sekarang perusahaan di Seoul sedang benar-benar sibuk, it's okay. Lain kali luangkan waktu kalian untuk menikmati saat saat berdua. Okaasan tau kalian tidak pernah benar-benar punya liburan bersama."

Yedam tersenyum canggung.

"Maaf menolaknya. Tapi, setelah urusan kerjaan senggang, kami akan ambil cuti bersama dan menikmati beberapa hari berdua saja." kata Yedam mencoba menghibur mertuanya yang terlihat agak kecewa akan penolakannya. Yah karena Haruto tidak berniat menolak jika bukan karena Yedam.

Mendengarnya, orang tua Haruto jadi tersenyum. Mereka mengangguk paham, mengerti akan situasi kondisi sekarang. Mereka tau sebenarnya kalau Yedam pasti masih merasa canggung dengan pernikahan anak itu sendiri. 

"Kalau sudah ready, telepon saja ya. Kami akan carikan villa untuk kalian. Di mana pun kalian ingin."

"Hai, arigatou gozaimasu."

Haruto tersenyum penuh arti melihat interaksi Yedam dengan kedua orang tuanya.

◃───────────▹

Setelah adegan berpamitan yang penuh drama, akhirnya Yedam dan Haruto bisa duduk dengan tenang di ruang tunggu bandara. Menunggu pesawat yang akan membawa mereka ke Seoul siap untuk dimasuki para penumpang.

Demi apa, pamitan tadi penuh drama dari orang tua Haruto yang ingin punya waktu lebih lagi dengan Yedam. Poor Haruto yang justru di suruh pergi ke Seoul sendiri.

Well ya, setelah hampir dua minggu mengurusi perusahaan pusat dengan sang otousan, Haruto akhirnya akan kembali menyibukkan diri di perusahaan cabang miliknya. Yedam akhirnya juga bisa menyibukkan diri setelah work from home- ralat- from japan. Ia merindukan ruangannya dan canda tawa serta suasana rapat dengan rekan sedepartemennya.

•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang