Fajar menyingsing. Mentari sudah mulai mengintip dari belahan bumi timur. Bulan mulai berpamitan untuk undur diri. Mungkin, ayam di pedesaan sudah saling berkokok membangunkan semua orang.
Di kota, itu tugas para burung yang berkicau sembari mengepakkan sayap mereka ke sana ke mari.
Bang Yedam, namja dengan balutan sweater berwarna putih tulang itu menatap ke luar jendela kamarnya yang berhadapan langsung dengan halaman belakang mansion tempatnya bernaung.
Ah, hari ke sekian sejak dimulainya musim semi. Tumbuh-tumbuhan sudah menghijau kembali.
Yedam berpikir apa yang harus dilakukannya pagi ini. Dan akhirnya setelah menggunakan banyak waktu untuk berpikir, ia melangkah dari tempat duduknya yang tepat ada di sisi jendela dan menyatu dengan dinding.
Ia melangkah kan kedua tungkainya yang terbalut pants berwarna kelabu menuju pintu kamar.
Klek
Dan akhirnya, ia kuar dari kamar. Sekarang, tujuannya adalah dapur. Mencari tau apa yang bisa dilakukannya di dapur. Agak kesulitan menemukan letak dapur karena ini kali pertamanya tinggal di mansion 'orang'. Ini bukan rumahnya.
Tapi- seseorang baru saja kemarin mengatakan padanya bahwa tempatnya berpijak adalah rumah barunya.
Sampai di dapur, Yedam mendapati sesosok yang ia tebak adalah kepala maid di mansion ini, bersama dengan dua maid lainnya.
"Di rumah kaca masih ada kok. Tolong carikan ya. Nanti- eh, Tuan Yedam?"
Senyum Yedam terpatri saat sosok itu menotice keberadaannya. Sosok itu pun berjalan mendekatinya dan membungkuk hormat sepersekian detik.
"Selamat pagi, Tuan. Perkenalkan, saya adalah kepala maid di sini. Tuan bisa memanggil saya Bibi Jung. Senang bertemu, Tuan."
Yedam juga membungkuk. Itu tanda ia juga menghormati kepala maid yang jelas lebih tua dari Yedam.
"Ku rasa aku tak perlu mengenalkan diri ya?" tanya Yedam canggung karena pasti semua maid sudah mengenalnya.
"Ah, tidak perlu." ujar Bibi Jung dengan tawa candanya.
"Eum, Bibi Jung, apa aku mengganggu? Aku harap aku bisa membantu sesuatu. Duduk di kamar membuatku bosan."
Bibi Jung tampak berpikir. Sebenarnya pun, semua pekerjaan di mansion adalah tugas para maid. Akan aneh jatuhnya jika atasan mereka ikut turun tangan.
Ya- walaupun dulu sempat begitu. Nyonya besar, atasan tertinggi para maid, biasa membantu urusan dapur dan berkebun. Tapi sejak tuan dan nyonya besar pergi dari mansion, tepatnya pindah, urusan mansion benar-benar hanya maid yang meng-handle.
Dan lagi, akan jadi masalah sepertinya jika Yedam dibiarkan membantu para maid.
"Tidak ada sepertinya. Pekerjaan di mansion ini sepenuhnya tanggung jawab para maid. Jadi, akan aneh jika tuan membantu."
Bibir Yedam menekuk ke bawah kecewa.
"Tapi-"
"Lagi pula, ini pagi pertama anda di sini sebagai pasangan Tuan Haruto. Jadi- jangan menyibukkan diri anda sendiri, Tuan."
Mendengar ucapan Bibi Jung, membuat Yedam merasa dihadapkan kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya tak lagi seorang pemuda yang bebas. Dirinya sudah terikat sebuah takdir dengan orang yang bernama Haruto itu.
Bibi Jung terkekeh melihat reaksi Yedam. Wajah namja itu terlihat begitu kecewa.
"Eum, bagaimana dengan menikmati suasana pagi di taman belakang? Saya bisa panggilkan seorang maid untuk menemani anda," tawar si kepala maid.
KAMU SEDANG MEMBACA
•Anprotagonist• [ℎ𝑎𝑟𝑢𝑑𝑎𝑚] ✔
FanfictionSiapa yang antagonis dan siapa yang protagonis? Haruto yang mengundang orang lain masuk dalam pernikahannya? Jeongwoo yang tidak suka dengan kehadiran orang yang Haruto bawa? Atau Yedam si orang asing yang tidak tau kenapa takdir membuatnya hidup di...